Kau daun yang tergelincir memeluk tanah
Setelah buaian angin yang membuatmu lemah
Aku pun yang kalah hanya bisa pasrah
Membiarkan batangku lenggang oleh ketiadaanmuRasa bersalah membawaku terus ke arahmu
Menetesi air agar kau tak layu
Memastikan cahaya tak menghancurkan ringkihmu
Dan mengirimkan embun agar kau tak rapuh dalam kesendirianmu
Kau pun bertahan di tempatmu
Tak terurai jadi debu
Tak termakan pula oleh layu
Masih dalam bentukmu, meski tak jua sudi memandangku
Jangankan melihat, sapaku saja kau anggap bejat
Kau jejaliku dengan diam keramat
Hingga aku percaya bahwaku telah membuat duniamu kiamatNamun detik itu...
Saat angin menerbangkanmu untuk meraih dahanku
Aku tersadar...
Kau selalu butuh angin untuk bergerak
Entah terjatuh, entah terbang meraihku
Seakan pergerakanmu tak lebih dari kekuatan angin
Padahal kau punya jari, punya tulang
Kau bisa berjalan dan berlaku seperti yang kau inginkan
Sayangnya, semua tentangku tak lebih dari soal angin-anginan
Yang musiman***
Halo bersua lagi setelah sekian lama. Puisi ini untuk kalian yang merasa bersalah terhadap seseorang yang ternyata hanya mau datang kalau butuh saja. Kalau tidak, ya kita dianggurkan kayak cucian 😂
Selamat ketemu di puisi selanjutnya dan semoga tetep setia baca. Vote, komen sesukanya ❤
Prilda Titi Saraswati