Kabut

375 29 5
                                    

Kabut...kabut...
Menghalangiku untuk menyambut, merintangiku untuk menyahut.
Kabut yang kau sebar di antara jarak kita telah membuat kita terpencar. Mati tanpa pendar dan tiada dalam gentar. Hambar, datar, tawar.
Kabut...kabut...
Biarlah mengkalut, biarlah menyurut. Sebab diammu telah lekat dengan pagiku dan acuhmu telah menyatu dengan baruku. Biarlah meniada bila jujur adanya dari pada bersama hanya tipu muslihat semata.
Ingatlah kebersamaan juga butuh hati, butuh inti. Tidak hanya tentang penyelamatan diri, tapi juga penyatuan sari diri. Bila masih "aku" yang jadi masalah utama, tak usahlah menyapaku karena yang aku cari kita bukan keseluruhan ke-aku-anmu yang sempurna.

***
Hai semua, balik lagi dengan puisi baruku. Moga masih pada betah 😊
Puisi ini untuk kalian yang udah merasa hambar dengan sebuah hubungan dan capek dengan seseorang yang selalu terobsesi untuk terlihat sempurna. Padahal sebenernya dia yang apa adanya aja cukup loh. Eh malah curcol 😂
Vote dan komen sesukanya dan semoga bisa segera ketemu di puisi baru selanjutnya...
Prilda Titi Saraswati

Kata Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang