Senja, sampaikanlah rasa terima kadihku kepada si putus asa. Sebab dia telah menyempatkan diri nangkring di secangkir kopi.
Aromanya memang menggodaku untuk menyesapnya. Tapi kesadaran terus membuatku menganggurkannya. Sebab semesta pun tahu, minuman yang berbau menggiurkan itu tak pernah akur dengan tubuhku. Jadi biarlah kami bercakap saja di meja yang sama. Menikmati jinggamu sambil mendebatkan ini-itu. Lalu mengucapkan selamat tinggal kepadamu yang indahnya direnggut waktu. Tinggalah malam gelap, sunyi dengan secangkir kopi putus asa yang tiada henti merayuku untuk meninumnya.
Haruskahku menyeruputnya? Membiarkan dia bercengkrama bebas dengan penat dan lelah dalam tubuhku. Sebab ketegaranku telah dilumat hari yang kini pergi tanpa tahu masihkah pagi kan mengiringi. Atau aku telah dilepas sendiri?
***
Selamat menikmati puisi baruku lagi. Puisi untuk kalian yang merasa telah diujung kekuatan untuk bertahan dan harus merelakan. Eaeaeaea.... 😂
Vote dan komen sesukanya
Dan ketemu lagi di puisi baruku. Salam hati yang tahu waktu,
Prilda Titi Saraswati