Buku

285 26 4
                                    

Aku berpijak pada dua baris rentetan aksara. Satu-persatu makna menenggelamkanku paksa, membuat serpihan kaca yang tumbuh bersama danging-daging yang tersebar dalam tubuhku menggigilkan lagi pedihnya. Hingga aku hanya bisa membaringkan satu-persatu jasad yang tak lagi bertempat. Jiwanya telah melayang jauh meninggalkanku. Membiarkan aku bermain sendiri dengan tubuh-tubuh kaku yang terampas nuraninya. Hanya seonggok daging beku tanpa kemesraan yang dahulu.
Sudah saatnya mereka mengabu. Menghilang menjadi debu yang butirannya tak lagi ku pandang telanjang dengan kedua mataku. Aku hanya ingin menerima takdir Tuhan yang telah mengajalkan mereka. Aku hanya ingin ikhlas menemukan kematian mereka dalam hidupku.
Dan aku hanya ingin mengenang mereka menjadi layaknya buku yang hanya sesekali ku buka bila rindu. Selebihnya mereka akan tertumpuk rapi dalam rak ingatanku. Tak lagi berlembar sendu sebab semua telah bab-bab lalu. Tak akan lagi ku baca sebagai kisah yang tragis melainkan menjadi cerita bodoh yang membuatku meringis, manis...

***
Halo menyiapkan diri untuk menyambut tahun yg baru dengan merelakan apa yg telah berlalu adalah hal yg penting dilakukan. Have a great holiday and I hope new year can make us have a better life. Aamiin...
Selamat bertemu lagi di puisi yang baru. Terima kasih sudah mampir, membaca, vote dan komen.

Kata Tanpa SuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang