🐢Sepuluh🐢

3.4K 133 0
                                    

Atha mengantarkan dera sampai depan rumah, ia langsung berpamitan karena waktu sudah menunjukkan 7.30 p.m. Mereka tak menyadari kehadiran seseorang yang menatap mereka dari lantai dua. Mereka terlalu bahagia sampai tak melihat jika dibalik ke bahagiaan mereka ada orang yang menunduk sedih.

ku tak bahagia, melihat kau bahagia dengannya
aku terluka, tak bisa dapatkan kau sepenuhnya
aku terluka, melihat kau bermesraan dengannya
ku tak bahagia, melihat kau bahagia

harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
harusnya yang kau pilih bukan dia

ku tak bahagia melihat kau bahagia dengannya
ku tak bahagia melihat kau bahagia
harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia

harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
harusnya yang kau pilih bukan dia
ooooh harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
harusnya yang kau pilih bukan dia.

"Cieeeee galau." ledek dino-ayah deffan.

"Siapa juga yang galau." jutek deffan.

"Ituh lagi dengerin lagu galau." tebak dino tepat sasaran.

"Eng-ga." gugup deffan. Kedua benda yang tadi tersumpal di telinga deffan sekarang sudah berada di meja belajar nya.

"Ikhlasin aja. Percumakan kalo kamu berjuang buat dia tapi dia berjuang buat orang lain." kata dino sebelum keluar kamar deffan.

Cowo itu terdiam ditempatnya, pikirannya sudah kacau balau seperti baru di terpa badai. Mata nya sangat jelas menunjukkan jika sekarang deffan sedang butuh tempat bersandar.

"Deffan." sentakan yang dapat membuyarkan lamunan deffan. Gadis yang deffan lihat tadi sekarang sedang berada didepannya. Deffan mendadak jadi canggung jika berada di dekat dera.

"Def lo kenapa sih?" heran dera. Sedari tadi dera memanggil deffan tapi tak ada jawaban sama sekali, dera hanya takut deffan kenapa napa.

"Engga." singkat deffan. Dengan tergesa deffan berjalan ke tempat tidurnya tanpa memperudulikan tatapan heran dera.

"Gue tidur duluan." deffan mematikan lampu yang ada di samping meja sebelah tempat tidur.

"E-eh iyah." dera mengangkat kedua bahu nya acuh. Lalu berjalan menuju kamar mandi untuk bersih bersih dan berganti pakaian.

"Kenapa gue jadi kaya gini sih?!"

"Def udah tidur belum?" tanya dera polos. Deffan segera menutup mata nya tanpa menjawab pertanyaan dera. Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, dera sedang kebingungan.

"Deffan, bantuin dong." panggil dera dari kamar mandi sambil memunculkan wajahnya sedikit.

".........."

"Deffan, bantuin please." mohon dera sambil melihat deffan dari tempat nya berdiri. Dera mendungus saat mengetahui deffan tak merespos nya.

"Yaudah deh." cemberut dera.

"Ya allah hamba harus gimana?"

10 menit kemudian.

"Deffan beneran udah tidur ya?" gumam dera. Mata nya menatap lurus ke arah punggung deffan yang tidur membelakangi nya.

Dera menghela nafas, ia menidurkan badan nya dengan mata menatap langit langit malam ini yang cukup indah. Dera mulai memejamkan mata nya lalu masuk ke alam mimpi.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang