🚿Tiga Puluh Tujuh🚿

2.7K 95 1
                                    

Jarang bukan bagi gadis yang tak memilik pacar atau teman cowo untuk menikmati senja bersama, walau sebentar tapi jika bersama orang yang spesial semua nya terasa beda dan pastinya sangat berarti jika di kenang.

Kedua manusia itu duduk di rumput yang hijau menatap ke arah matahari yang akan tenggelam, warah oren nya membuat indah taman itu, beberapa orang ada yang duduk seperti mereka dan ada juga yang memilih makan eskrim atau berjalan jalan.

Dera menatap dari ekor matanya, deffan masih fokus ke depan tanpa terganggu oleh suara apapun disekitarnya, dia hanya fokus pada senja didepannya.

"Senja itu indah bukan?" dera menatap deffan yang masih fokus ke depan.

"Hmmm."

"Lo terlalu fokus sampe cuekin yang disamping lo." kata dera sambil mendengus kesal.

"Engga." dera mengerutkan keningnya mendenger jawaban yang tak ia mengerti.

"Engga apaan?" tanya dera.

"Gue engga fokus sama senja, gue cuman fokus sama pikiran gue, gue lagi berfikir bagaimana kalau suatu saat nanti gue kesini lagi dengan istri dan anak gue, pasti bahagia banget bisa lihat senja sama orang yang kita cintai bukan." deffan melirik dera yang terdiam disampingnya.

"Lo mau nikah def? Berarti lo engga kuliah dong? Sayang banget." kata dera dengan senyum tipisnya. Deffan menatap dera yang juga menatapnya. Dia tersenyum tipis.

"Iyah gue bakal nikah....." kata deffan sambil menatap dera lalu kembali menghadap ke depan, "......kalau sama lo."

Dera membeku ditempat, dia merasa jantungnya akan terlepas dari tempatnya, dia tak berkedip menatap deffan yang mulai berdiri sambil membersihkan celananya, deffan menatap dera lalu mengulurkan tangannya untuk membantu dera berdiri.

"Ayo pulang." ajak deffan, dera hanya mengangguk, ia membalas uluran tangan deffan dan mengikuti deffan dari belakang dengan tangan yang bertautan. Dera menatap tangannya yang ada digenggaman deffan dengan perasaan linglung.

Duh bisa mati muda gue kalau deket deket sama deffan.

Deffan menahan senyumnya yang akan terbit, entah kenapa dia merasa sangat senang jika berdekatan dengan dera.

Astaga, gue kenapa sih?!

Mereka berdua sama sama menahan rasa yang bergejolak di hati mereka, deffan bukan cowo yang mudah untuk memberitahu perasaannya pada gadis yang ia suka, ego deffan lebih tinggi daripada rasa sukanya.

Skip

Rumah ini cukup besar untuk dirinya, gadis dengan badan mungil dan mata bulat sepeeti owl. Gadis itu duduk di kasurnya sambil memluk boneka yang sangat ia sayangi, dia menatap ke arah jendela kaca yang menunjukkan teras kamarnya.

"Kenapa aku rasa hidup aku itu tidak ada yang menyenangkan, pah, mah, aku kangen kalian, aku engga nyesel karena membantah kalian untuk pulang ke sini, aku hanya sedikit merasa sedih karena kalian lebih milih mengurus kerjaan kalian daripada aku, mah....sekarang dia milik orang lain, aku sudah tidak punya gairah untuk bertahan lagi, aku merasa hidup aku sia sia." lirih gadis itu dengan pandangan sedih.

"Aku sakit mah, pah, aku ingin menikmati sisa waktuku bersama kalian dan dia namun kalian semua sibuk dengan urusan kalian, tuhan aku akan menikmati sisa hidupku dengan caraku sendiri, jangan pernah beritau siapapun tentang diriku. Beri aku kekuatan untuk tersenyum ditengah tengah masalah ku." gadis itu menatap kosong ke arah depan, pikirannya udah kemana mana, dimansion itu hanya ada dirinya dan satpam yang selalu berjaga didepan.

"Mereka semua tak ada yang peduli, mereka hanya ada saat aku senang bukan, bahkan dia tak pernah menemuiku lagi, dia sibuk dengan gadisnya, aku tau....aku salah karena telah meninggalkannya." gumam gadis itu, dia mempererat pelukanya pada boneka itu, matanya sudah berkaca kaca dia menghapus air mata yang pertama kali lolos di pipinya.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang