🗡Lima Puluh Empat🗡

2.7K 91 1
                                    

Kadang takdir tidak adil kepada kita tapi mau bagaimana lagi? Jika ingin merubah takdir kalian harus berani berkorban dan berjuang untuk merubah takdir kalian dari sekarang!
-

----------------

Diruang keluarga itu ada sekumpulan orang yang sedang mengobrol dengan bahagia nya, mereka tertawa lepas mengingat masa lalu sedangkan anak remaja nya memilih bermain hp dan mendengarkan lagu.

"Heh jangan main hp mulu nanti mama ambil nih," Sentak dinda-mama dentha, mereka semua langsung duduk dan menyimpan hp nya di meja kecuali dentha.

"DENTHA!" Cowo itu terperanjat, dia reflek duduk tegap dan menatap kearah mama nya dengan muka watados nya.

"Apa mah?" Tanya dentha bingung, "Apa apa, kalau orang tua ngomong itu dengerin ini juga buat kalian," Mereka menyandarkan badannya pada sofa.

"Kalian tau engga tadi kita ngomongin apa?" Tanya vita-ibu deffan, mereka saling tatap lalu menggeleng dan mengangkat bahu dengan acuh.

Dilla-mama si kembar menggelengkan kepalanya kesel, dia menatap mereka dengan tatapan tajam nya, lalu menyenderkan punggungnya di sofa dan mulai berbicara.

"Coba tebak tadi kita ngomongin apa?" Kata putri-mama syifa dengan senyum meremehkan, dera menatap ke arah deffan dan mulai membuka suara.

"Ngomongin masa masa SMA mungkin," Tebak dera sambil menatap vita.

"Abis itu apalagi?" Tanya vita dengan senyum hangatnya, dera menggaruk pipinya dia menggeleng tak tahu.

"Maka nya kalau orang tua bicara dengerin," Jutek dilla, dentha mulai membuka suaranya.

"Buat apa dengerin gosip yang engga penting," Acuh dentha, "Ckck engga penting? pertunangan kalian engga penting hm?" Ucapan dilla, membuat dentha bingung.

"Yang mau tunangan kan deffan sama dera terus syifa sama asran kenapa dentha juga harus ikut dengerin," Balas dentha.

"BETUL," Pekik ara.

"Ngikut ae lu fans," Ara berdecak kesal, "Gue heters lo bukan fans lo!" Sentak ara.

"Selow dong jangan nge gas," Sinis dentha, suasana disana mulai tak enak, dilla dan dindah membantin mereka saling tatap lalu menatap kearah kedua manusia itu.

"Lo yang nge gas, gue mah biasa aja," Sentak ara, "Engga sadar diri," Gumam dentha.

"Apa? Apa?" Ara melotot kesal, "Engga tadi ada kecoa di kepala lo," Asal dentha.

"Sekali lagi ngomong gue bacok lo," Kesal ara.

"Main cipok aja lo," Sinis dentha.

"BACOK OIIII," Teriak ara murka, dinda yang kesal mulai mengambil alih, "Kalian berantem mulu, gimana nanti anak kalian," Sentak dinda.

"APA? ANAK? SAMA DIA?" Teriakan dari ara mengejutkan mereka semua, "ENGGA MAU, ENGGA MAU, MAH KAN ARA UDAH PUNYA PACAR, LAGIAN KALAU ARA SAMA DIA NANTI ANAKNYA KAYA AYAM BENGEK ENGGA MAU!" lanjut ara, dentha mendengus kesal sedangkan yang lain terkekeh.

"Lo kira gue mau sama ondel ondel kaya lo, ogah bener mending sama si mawar," Sinis dentha, ara berdecak kesal lalu memandang orang tua nya.

"Tuh mah dengerin dia aja ogah apalagi ara sangat sangat ogahhh, udahlah ara sama damian aja," Tegas ara, mereka semua terdiam sejenak lalu dilla dan rangga saling senyum.

"Kamu yakin mau sama damian?" Sinis dilla, ara terkejut mendengar nada bicara dilla pada dirinya, "Iyah, ara mau sama damian," jawab ara.

"Ohhh kamu mau tunangan sama damian?" Ara mengangguk pasti, "Emang damian mau tunangan sama kamu?" Ucapan menohok itu keluar dengan lancar dari mulut dilla, mama nya sendiri.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang