⌚Tiga Puluh Empat⌚

2.3K 96 1
                                    

"Ohiyah, dera kenalin dia tunangan deffan." hampir saja gelas ditangan dera akan terjatuh jika dia tidak memegangnya dengan kuat.

Deffan dan syifa saling tatap, deffan menatap ke arah ibu nya yang tersenyum lebar, sedangkan dino-ayah deffan, dia terbengong  mendengar ucapan istrinya.

"T-Tunangan?" gagap dera.

"Iyah, dalam mimpi hahaha." vita tertawa nyaring, mereka memutar matanya malas, dera menunduk lega. Syifa tersenyum tipis sambil menatap dera.

"Haii....nama aku syifa kamu?"

"Dera."

"Ah dera, jangan dengerin kata bunda dia emang suka bercanda ohiya aku temen deffan." jelas syifa dengan senyum manisnya, namun dera rasa gadis itu sedang menahan sesuatu.

"Lo kenapa?" tanya dera. Mereka semua menatap dera dan syifa.

"Engga kenapa kenapa kok, kamu aneh deh. Yaudah aku mau makan dulu, bye." syifa pergi ke stan makanan mengambil makanan dengan banyak, bukan kah dia butuh tenaga untuk menghadapi kenyataan.

Syifa sudah tau sedari tadi, dia tau jika gadis penggantinya adalah dera, syifa dapat melihat tatapan yang dulu ada untuk nya sekarang hanya untuk dera. Syifa butuh tenaga untuk menghadapi semuanya.

Dera menatap deffan sejenak lalu kembali menatap ke sekitar.

Dera pulang! Bukan nya lo bilang hanya akan memberi hadiah? Cepat pulang Jangan terlalu lama disini!

Namun kenyataan nya sekarang dera sedang berdiri berhadapan dengan deffan tanpa niat untuk pergi. Vita dan dino sudah pergi untuk bertemu dengan teman temannya.

Kenapa gue engga bisa pergi sih!
Karena lo ingin bersama dengan deffan.
Tidak!

Dera menunduk,

"Emm.....sebaik----"

"Ikut gue." deffan menarik tangan dera dan membawanya ke lantai atas gedung. Dera hanya mengikuti tanpa membantah, deffan merasakan perutnya akan meledak sekarang, tangan mereka yang bertaut membuat deffan panas dingin.

Saat mereka sampai di gedung tatapan pertama yang dera berikan adalah kagum, gadis itu tersenyum lebar.

"Bagus bukan?" tanya deffan.

"Bangett." dera berseru keras, dia sangat suka pemandangan sekarang, dia melihat dari atas gedung dengab tatapan takjub. Rumah rumah dengan lampu menyala dan jalan raya serta gedung gedung pencakar langit. Semuanya terlihat indah dari sini.

Deffan terkekeh dia menatap ke sekitar dan kembali ke dera. Tangan mereka masih bertautan sampai dera menyadarinya. Dera melepaskan tangannya secara spontan, dia tersenyum lebar sampai menampilkan deretan giginya.

Deffan terkekeh lagi, dia mengambil dua tangan dera, deffan menatap mata dera dengan dalam, dera ingin sekali memalingkan wajahnya namun mata itu membuatnya susah untuk berpaling.

Mata yang indah!

Deffan merasakan kegugupan yang sebelum pernah ia rasakan.

Ayok deffan,  Lo pasti bisa!

"D-Der gue mau ngomong sama lo...." dera mengangguk sekali masih dengan pandangan mata ke arah mata deffan.

"G-Gue mau...." dera menunggu dengan sabar, dia menantikan hal yang sudah lama ia ingin dengar dari mulut deffan.

"G-Gue mau...." deffan merasa kerongkongannya kering,

Dimana udaranya? Kenapa gue rasa bentar lagi gue bakal meninggal! Ya tuhan kenapa susah banget ngasih tau dia.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang