✏Lima Puluh Tiga✏

2.5K 93 1
                                    

Rumah sakit

Dera menatap hangat syifa yang sedang menunduk takut disamping nya, deffan dan asran menatap tajam ke arah syifa, mereka sangat beruntung menyelamatkan syifa tepat waktu.

Flashback on

"Aaaaaaaaaaa......" teriak dera terkejut, deffan yang sudah melihat dari ekor mata nya langsung menepis benda itu sehingga mengenai tangan kiri syifa, gadis itu mencoba menembak dirinya dengan pistol yang deffan buang tadi.

"LO GILA HUH!" Teriak deffan murka, wajah nya sudah memerah menahan amarah.

"Syifa lo gapapa?" tanya dera khawatir, dia menatap asran untuk membantu nya membawa syifa agar luka nya segera di obati.

"ENGGA USAH DI BANTUIN, KITA PERGI SEKARANG." perintah deffan dengan nada tinggi, dera yang di seret oleh deffan mencoba memberontak.

"Def bantuin dia dulu," pekik dera saat tangannya terkena paku kecil yang ada di dekat pintu, deffan tak mendengarkannya.

"Deffan perih." Pekik dera, luka nya ditekan oleh tangan deffan bagaimana tidak sakit.

"DIEM!" teriak deffan masih dikuasai oleh amarahnya, dera tentu terkejut, mata nya memerah mendengar bentakan itu, dia menatap ke arah lain mencoba menahan perih dimata nya, deffan yang menyadari tindakan segera berjongkok dan membawa dera ke dalam pelukannya.

"Maaf, gue kelepasan." gumam deffan menyesal, dera tersenyum lalu mengangguk, dia melihat asran yang sedang menggendong syifa mendapat tatapan sendu dari dera.

"Dia pingsan, kita harus bawa ke rumah sakit dari nya makin banyak." kata asran, kedua manusia itu segra berdiri dan berjalan bersama asran dan syifa yang ada digendongan mereka menuju rumah sakit.

Flashback off

"Padahal kita tinggalin aja dia tadi." sinis deffan.

Dera memukul tangan deffan menyuruh nya untuk diam, asran menatap syifa sekilas lalu berjalan keluar dari sana, syifa menatap nya dengan tatapan sedih.

"Puas kan lo? Untung calpar gue baik kalau engga udah di bunuh kali lo," kesel deffan, dia masih marah dengan kejadian beberapa waktu lalu, "......gue kasian sama asran mau aja dijodohin sama rubah licik kaya lo," deffan pwrgi keluar menyusul teman nya yang pasti sedang meratapi nasib nya.

Kasian banget si asran.

Dera dan syifa merasa canggung di tinggalkan di dalam ruangan berdua, syifa menatap ke arah dera lalu kembali menunduk sedangkan dera sedang menatap kesana kemari merasakan suasana yang membuatnya tak betah.

"Dera," panggil syifa.

"Ah iyah kenapa?" sahut dera cepat, dia sempat terkejut akan panggilan syifa.

"Kenapa lo malah nyelamatin gue, kenapa lo engga balas gue dengan bunuh gue atau apapun itu seengga nya lo puas bisa buat gue lenyap, atau perlu lo buang gue di hutan." kata syifa dengan suara kecil, dera mencoba mencerna ucapan syifa memang tindakannya itu sangat membuat dera geram.

"Iyah harusnya gue buang lo ke hutan aja ya biar dimakan hewan buas disana, atau perlu gue tembak lo aja tadi, soalnya gara gara lo badan gue sakit semua, kepala gue juga, gara gara lo seluruh badan sama kaki dan tangan gue pada biru biru untung bisa ditutupin," oceh dera namun setelah nya dia tersenyum.

"......tapi percuma gue balas lo yang ada nambah dosa, gue inget pesen guru smp gue 'jangan pernah balas orang dengan kejahatan lagi' lo inget kan kata pak Darwin," dera dan syifa tertawa mengingat salah satu guru di sekolah nya dulu.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang