🌛Tiga Puluh🌜

2.4K 98 0
                                    

Kringg kringg kringg

Bel pulang membuat mata mereka terbuka kembali, mereka segera keluar kelas setelah guru sudah kembali ke kantornya.

Hari ini mereka pulang lumayan sore dan langit pun sedang tidak mendukung, awan hitam itu menutupi langit sore saat ini.

"Bacot mulu lo, kaya cewe." sentak dera, sedari tadi deffan terus saja mengikutinya dan berbicara tanpa henti.

"Bodo amat, serah gue, mulut mulut gue kenapa lo yang repot, lagian gue heran deh sama lo, kenapa sih suka banget ngerjain orang, terus tadi apa lo bikin gue malu di depan kelas huh?! Dasar cewe tepos, pantes engga ada yang mau temenan sama lo, dan pantes juga si ata, athi, siapa itu atha pantes aja dia mutusin lo, cewe kaya lo itu songongnya minta ampun tau gak? Ada cowo ganteng di samping lo malah dicuekin." cerocos deffan.

Dera menutupi kuping nya. "LALALALALALALALALALA."

"Lo dengerin gue engga sih?" dengus deffan.

"LALALALALALALALALALA." dera menutupi kupingnya dengan kedua telapak tangannya sambil teriak.

"Wah bener bener nih cewe sinting." kesal deffan.

"NANANANANANANA."

Deffan yang sudah terlampau kesal memberhentikan langkahnya dan dengan cepat menarik tangan dera hingga menghadap kearah nya, dera berkedip sekali.

Deffan menatap dera dengan tajam dan menusuk, dia menghembuskan nafasnya pelan dan mencodongkan badannya ke depan wajah dera. Jarak itu membuat jantung kedua berdetak lebih cepat.

"Bisa engga kalau gue ngomong didenger?" ucap deffan tepat didepan wajah dera.

Dera mencoba mengembalikan kesadarannya, dia melepaskan cekalan tangan deffan di tangannya. Dia menenangkan kembali nafasnya dan berdiri tegap didepan deffan.

Dera menatap deffam dengan mata menyipit. "Engga." sinis dera, deffan melotot kesal.

Dengan cepat dera berlari meninggalkan deffan yang mencoba menahannya, baru saja deffan akan berlari dan mengejar dera. Namun suara gadis itu menghentikan kannya.

"Deffan." gadis itu berjalan pelan ke arah deffan berdiri.

"Kenapa le?" tanya deffan.

"Itu anuu..."

Dera yang tak mendengar suara deffan lagi dengan perlahan menengokkan badannya kebelakang. Dera tersenyum kecut melihat deffan memutar balik dan memilih berjalan berlawanan arah dengannya.

"Terlalu berharap itu sakit." bisik cowo itu disamping telinga dera.

"LO?" kaget dera.

"Haiii, ketemu lagi."

--------------

Kedua manusia itu duduk berhadapan, yang cowo lebih milih duduk sambil bersandar dibangkunya sedangkan yang cewe lebih memilih menikmati makanannya.

"Kok gue jarang ya liat lo disekolah?" tanya dera.

"Iyahlah, gue kan sibuk." dera memutar matanya malas, dia menatap cowo didepannya dengan mata malas.

"Tadi deffan kan?" tanya cowo itu.

"Iyah." jawab dera dengan malas.

"Nih gue kasih tau ya, kalau jadi orang jangan pernah berharap sama manusia karena itu belum pasti, lebih baik berharap sama allah aja karena gue yakin dia bakal selalu kasih jawaban yang pasti, engga kaya cowo tadi." sindir cowo itu.

Dera menyurup jus nya sambil mendengarkan ucapan dati cowo didepannya. "Gue engga pernah berharap sama deffan." elak dera.

"Gue engga ngomong nama deffan." cowo itu tersenyum miring saat melihat dera salting.

DAD [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang