Papat | Empat

6K 387 15
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

3M : pereda nyeri perut dan hati.

HARI yang ditunggu-tunggu pun tiba. Akad nikah, yang sebentar lagi akan dilaksanakan di Masjid Pesantren. 

Ningrum nampak cantik dan anggun mengenakan kebaya berwarna putih dengan jilbab yang senada dengan bajunya. Make up tipis menghiasi wajah ayu-nya.

"Ayu temen, Nduk. Umi sampek pangling." (Cantik banget, Nak. Umi sampai pangling).

Ningrum yang mendapat pujian pun hanya tersenyum dan sesekali menatap dirinya sendiri di kaca kamarnya. Memang, dia terlihat sangat berbeda dari biasanya. Bagaimana tidak? Mas Aryo sengaja mendatangkan MUA khusus untuk mendandani calon istrinya.

"Umi.. ijab kabulnya akan segera dimulai." Malika datang dari arah pintu kamar Ningrum. Dirinya sama halnya dengan Umi, mendecak kagum dengan kecantikan yang terpancar dari wajah Ningrum.

"Ayo, Dek." Malika menggandeng tangan kiri Ningrum dan Umi di sebelah kanannya.

"Bismillah.." Gumam Ningrum. Gugup melandanya kini. Selain gugup, dirinya juga merasakan nyeri pada perutnya. Maklum.. tamu-nya datang di saat yang tidak tepat.

Setibanya di Masjid Pesantren. Ningrum duduk di samping Mas Aryo yang tak kalah gagah. Dirinya sungguh tampan di mata Ningrum. Namun, gugup tak terelakkan. Mereka sama-sama merasakannya.

Kemudian, penghulu yang telah diberi amanah untuk menikahkan mereka, menjabat tangan Mas Aryo.

"Saudara Aryo Abdullah Bin Abdul. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Siti Ningrum Binti Bahrie dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat serta uang sebesar 3 Milyar, dibayar tunai.”

'3 Milyar!? Duh, wetengku mari.' (Duh, perutku sembuh). Batin Ningrum, dirinya menahan untuk tidak menunjukkan sebuah cengiran.

"Saya terima nikah dan kawinnya Siti Ningrum Binti Bahrie dengan maskawinnya yang tersebut diatas tunai.” Lantang dan Lancar. Alhamdulillah, Mas Aryo telah berhasil.

"Bagaimana para saksi?"

"SAH." Serentak para saksi menjawab.

Kemudian, dilanjut dengan do'a. Semua orang bertengadah tangan dan bergumam, "Aamiin."

Usai berdo'a, Ningrum mencium punggung tangan Mas Aryo yang telah SAH di mata agama dan hukum sebagai suaminya. Cinta kasihnya dunia akhirat. Aamiin.

Mas Aryo pun dengan berani mencium kening Ningrum. Walau gerakannya sedikit kaku. Mungkin, karena masih malu-malu. Maklum.. pengantin baru.

•• KANG MAS! ••

Seusai ijab kabul di laksanakan pagi tadi. Malamnya merupakan acara yang tak kalah penting, yaitu resepsi pernikahan.

Banyak tamu yang datang silih berganti. Mulai dari teman-teman Ningrum & Mas Aryo hingga para ulama teman Ust. Bahrie. Keduanya nampak lelah. Namun, rasa lelahnya melebur dengan rasa kebahagiaan.

Sesekali tukang foto mengambil gambar mereka secara candid. Namun, tak jarang.. tukang foto itu menyuruh mereka berpose mesra saat tamu tidak naik ke tempat pelaminan.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang