Nem Belas | Enam Belas

5.4K 264 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ku rela apes, asal gak dijodohin sama omesh.

SEORANG gadis sedang berusaha lari untuk menghindari dua orang yang kini sedang mengejarnya.

Kedua orang tersebut adalah para ajudan dari pria yang akan melangsungkan acara lamaran sore ini.

Lelaki yang sepantasnya menjadi ayah atau om-nya itu tetap memaksakan diri bersanding dengan Ravita. Ya, gadis itu Ravita.

Gadis malang yang tak pernah bisa mendapatkan hati Mas Aryo itu sedang berusaha kabur.

"Ya Allah.. bantu aku. Kali ini aja. Aku janji nggak akan lagi ganggu-ganggu rumah tangga orang," mulutnya terus merapalkan kalimat-kalimat penyesalan disela-sela ia berlari.

Tiba di pertigaan jalan, Ravita bingung hendak menuju arah mana. Kiri-Kanan-Lurus?

"Kemana?" Ia berhenti sejenak. Menggigit ujung kukunya dan sesekali menengok ke belakang. Kedua lelaki itu sangat jauh tertinggal.

"Ahh.. udahlah, kebanyakan mikir!" Akhirnya, Ravita pun memilih untuk belok ke kanan.

"Heyy! Berhenti! Lo nggak akan bisa kabur," teriak salah seorang pria yang menggunakan setelan hitam-hitam itu.

Ravita semakin ketakutan akan tertangkap. Ia pun terus mempercepat laju larinya. Sedikit susah karena saat ini ia mengenakan sarimbit.

CIITTTTT.....

Hampir saja ia tertabrak sebuah motor yang melintas, "Mbak! Mbak nggak apa-apa?"

"Mas, tolong saya!" Lelaki yang kini duduk di atas motornya itu sedikit berjingkat. Pasalnya, Ravita naik ke motornya tanpa izin.

"Mas, ayo cepat jalan! Tolong saya! Saya mohon," lelaki itu pun melajukan motornya dengan perasaan yang tak dapat ia jabarkan.

•• KANG MAS! ••

"Mas? Kenapa berhenti?" Ravita pun turun dari motor lelaki itu.

Lelaki itu pun melepas helmnya. Dan, dugaan lelaki yang disangka tua oleh Ravita itu.. ternyata sosok lelaki tampan. Damn!

"Maaf.. sepertinya orang tadi sudah tidak mengejar kamu," Ravita pun salah tingkah.

"Ee--iyaa. Terima kasih, Mas. Tapi maaf, saya tidak bawa uang sepeserpun," wajah melas Ravita pun muncul. Bagaimana bisa orang kabur terpikirkan untuk membawa uang?

"Sudah. Tidak apa-apa. Saya ikhlas. Ya sudah kalau begitu. Saya duluan Mbak," pamit lelaki itu. Ravita pun hanya mengangguk.

Ternyata hari semakin gelap. Ravita masih tetap di tempat dimana lelaki tadi menurunkannya. Ia hanya sedikit menepi di pinggir jalan. Merutuki nasibnya. Tidak berani pulang, karena sudah pasti di rumah ia akan tetap bertemu dengan omesh yang dijodohkan dengannya itu.

"Dingin.." ia mengusap kedua lengannya.

Apa ia akan ke rumah Mas Aryo? Jawabannya, TIDAK. Ia sudah berjanji, tidak akan lagi mengganggu rumah tangga Mas Aryo. Ia sangat menyesal karena perlakuan buruknya terakhir kali waktu ulang tahun Mas Aryo.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang