Enem | Enam

5.9K 348 5
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Jika, perempuan bermulut 2. Maka, apalah daya seorang lelaki yang hanya bermulut 1. #perempuan#selalu#benar.

SATU minggu sudah, Ning dan Mas Aryo tinggal satu atap. Jika, kalian mengira mereka tinggal berdua..

..maka jawabannya adalah S A L A H.

Ning dan Mas Aryo tinggal bersama kedua orangtua Mas Aryo yang kini sudah menjadi mertua Ning sekaligus orangtuanya juga.

Mas Aryo duduk di balkon kamarnya. Sembari menunggu senja mengguratkan warnanya. Sesekali ia menghela napas. Duduk di kursi single dengan posisi jigang.

"Punya istri..tapi, serasa mbujang." (Mbujang : single atau masih perjaka). Gumamnya sambil mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi bulu-bulu halus bekas cukuran. Dan melirik meja kecil di sampingnya.

Kosong. Tak ada kopi, apalagi cemilan ringan.

Aryo tak sadar akan kehadiran sosok wanita yang sedari tadi mengamatinya dari belakang. Siapa lagi jika bukan Ningrum--Istrinya.

Ningrum yang mendengar sayup-sayup gumaman sang suami. Mengelus dadanya. Tersirat rasa sebal dan bibir yang mengerucut ke depan kira-kira 5cm.

'Maido ning mburiku! Yo opo krungu aku, Mas-Mas.' (Membicarakanku di belakang. Apa aku akan dengar, Mas-Mas). Ningrum pun menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan kamar.

"Lho, Rum. Mau kemana?" Tanya Bu Anjar--Mertua Ningrum.

"Ke dapur, Bu."

"..." Ibu Anjar pun tak menjawab.

Dirinya memilih melanjutkan acara nonton TV-nya sore ini. Sinetron azab yang setiap sore tayang, sudah bertengger di layar lebar itu.

Sedangkan di dapur, Ningrum dengan cekatan meraih cangkir dan mencari keberadaan bubuk hitam.

Satu sendok penuh kopi dan dua sendok gula, dia masukkan ke dalam cangkir. Kemudian, dilanjutkan dengan menuangkan air panas yang ia ambil dari termos.

Selesai. Ia mengaduk kopi buatannya. Sedikit senyum dan kebahagiaan membuncah. Ia merasa, perasaan di hatinya tidak seperti saat ia menyuguhkan secangkir kopi pada sang Abi.

"Rum, kopi buat Mas Aryo?" Bu Anjar melirik sekilas. Ningrum tersenyum kikuk. Pasalnya, ini pertama kalinya ia membuat kopi untuk Aryo setelah dua minggu menikah.

"Ya sudah.. antar segera. Dia pasti suka, Rum." Bu Anjar tersenyum tulus, dan kembali mengalihkan perhatiannya pada TV.

Ceklek..

Pintu kamar terbuka. Aryo masih dengan posisi yang sama. Membelakanginya dan menikmati senja sore ini.

"..." Tak ada kata yang terucap dari bibir Ningrum.

Ia meletakkan kopinya di meja kecil, tepat di samping Aryo duduk.

"..." Aryo pun menaikkan sebelah alisnya. Melihat Ningrum yang meletakkan secangkir kopi dengan sedikit kasar.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang