Limo Las | Lima Belas

5.6K 312 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Berat dipikul, ringan digandeng :v

Mas Aryo menarik lembut tangan Ningrum dan membawanya menaiki mobil. Ningrum yang tak tahu kemana Mas Aryo membawanya hanya diam dan menurut saja. Untung saja, Ningrum sudah dalam keadaan bersih. Alias sudah mandi.

Pakaiannya pun sederhana. Namun, tetap enak dan cantik di pandang. Ningrum mengenakan gamis polos berwarna hitam yang ia padukan dengan khimar berwarna abu-abu. Sungguh, wanita idaman yang menutup rapat auratnya.

Sepanjang perjalanan Ningrum hanya menatap jendela. Tanpa disadarinya Mas Aryo kerab mencuri-curi pandang ke arah istrinya itu.

Ingin sekali Mas Aryo menggandeng tangan Ningrum dan membawa tangan tersebut ke pangkuannya.

Tapi, tidak untuk saat ini. Mas Aryo tak mau membuat Ningrum merasa tidak nyaman berada di dalam mobil ini karena ia akan mengajak Ningrum ke suatu tempat.

Rumah Kayu, menjadi pilihan Mas Aryo yang sama sekali tidak terencana.

Setelah, belasan kilometer mereka berdua menempuh perjalanan. Akhirnya sampailah di Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu. Tepatnya, Rumah Kayu.

"Ana apa to, kok mrene?" (Ada apa sih, kok kesini?) Tanya Ningrum sesaat setelah mesin mobil Mas Aryo mati.

Mas Aryo tak menjawab, ia turun begitu saja. Ternyata, ia membukakan pintu untuk istrinya itu.

"Ayo turun! Mau aku gendong?" Ningrum pun menggeleng cepat dan segera turun dari mobil.

Mas Aryo yang gemas dengan tingkah Ningrum pun tiba-tiba meraih tangan wanita itu. Digenggamnya erat, "M-mas.." cicit Ningrum.

"Kenapa? Gak dosa 'kan? Udah SAH juga," Mas Aryo menatap lurus ke depan sembari menampilkan smirknya.

Mas Aryo mengajak Ningrum untuk menaiki tangga yang terbuat dari kayu itu. Pelan-pelan namun pasti hingga sampai di area balkon.

Ningrum berdecak kagum. Pasalnya, ini adalah pertama kalinya singgah di tempat ini. Ya, walaupun sudah belasan tahun ia tinggal di kota Malang.

"Bagus 'kan?" Ningrum hanya mengangguk.

"Kamu kedinginan, nggak?" Ningrum menatap Mas Aryo, bingung hendak menjawab apa.

Di sisi lain, ia memang kedinginan. Tapi, ia juga tak ingin merepotkan Mas Aryo. Apalagi masalahnya belum usai.

Apa-apaan Mas Aryo ini, malah ngajak jalan!

"Mas! Masalah kita belum selesai," Ningrum berusaha mengingatkan.

Mas Aryo yang sedari tadi memperhatikan pemandangan dan sumringah itu kini berubah menjadi datar. Lelaki itu menoleh pada istrinya, "siapa yang bilang sudah selesai?"

"Justru.. aku ngajak kesini untuk menyelesaikan masalah kita,"

"..supaya kamu nggak bisa kabur. Kalau kamu kabur-kaburan susah mau selesaiin-nya,"

"Kamu atau aku duluan yang ingin 'menyampaikan'," Ningrum memberi kode pada Mas Aryo.

Mas Aryo pun menyuruh Ningrum untuk mengutarakan sesuatu kepadanya tentang masalah kemarin terlebih dahulu.

"Mas.. aku tahu. Kamu bahagia sekali saat bersama Ravita. Kebahagiaan di mata kamu itu nggak ada saat kamu bersama aku,"

Ningrum meraih kedua tangan Mas Aryo. Mencium keduanya cukup lama.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang