Sepuloh | Sepuluh

5.4K 335 4
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Pagi yang berbeda, saat dirinya tak lagi berada di samping diriku berada.

DUDUK bersebelahan dengan hawa dingin yang mencekam. Namun, dinginnya malam tak membuat Mas Aryo melunak. Amarahnya sudah memuncak. Capek karena harus menghadapi Ravita dan berharap Ningrum jadi penawarnya.

Tapi, kenyataannya?

Seusai berwudhu, Mas Aryo hendak menginjakkan kaki ke dalam masjid. Namun, pandangannya terpaku.

Ning--istri tercintanya, sedang berboncengan dengan seorang lelaki tampan.

Seketika Mas Aryo mengepalkan kedua tangannya. Emosinya memuncak, ingin sekali ia berteriak.

"Astagfirullah.." namun, ia urungkan.

Ia pun segera menunaikan ibadah sholat magrib. Meninggalkan kemelut pikirannya yang berkelana dan bertanya-tanya.

Siapa lelaki tampan itu?

"Mas-" Ningrum kembali menundukkan kepalanya tatkala mengetahui tatapan tajam menghunus milik suaminya.

"Jelaskan!"

Sebuah titah beserta bentakan keras yang menggema di kamar itu membuat Ningrum sedikit berjingkat. Bagaimana tidak? Sejak menikah hingga sekarang, ia baru tahu tentang kemarahan Mas Aryo yang sungguh menyeramkan.

Tak ada lagi kehangatan yang selalu ia pancarkan. Apalagi senyum manisnya..

Jangan harap! Ningrum baru sadar. Jika, ia sudah membangunkan macan yang tidur.

"Mas..ak-aku.."

Kegugupan Ningrum semakin membuat Mas Aryo kesal. "Seperti orang yang tertangkap basah jika kamu gugup seperti itu. Tidak ada gunanya."

Cerca Mas Aryo membuat bulir-bulir air mata Ningrum menetes. Kejam!

Ningrum pun segera menghapusnya, "Mas, Ning minta maaf.."

Mas Aryo yang geram pun segera menarik dagu Ningrum agar menatapnya ketika berbicara. Dan betapa terkejutnya ia mengetahui wajah istrinya yang sudah basah.

Hati Mas Aryo sedikit melunak. Ia menyesali perbuatannya yang tersulut emosi hingga membentak Ningrum. Tidak seharusnya ia bersikap sedemikian rupa.

Jari-jari Mas Aryo menghapus air mata istri tercintanya itu, "jelaskan.. Mas ingin tahu, Ning."

Pelan namun penuh dengan penekanan.

Akhirnya, Ningrum menjelaskan semuanya walau susah karena sembari terisak-isak dalam tangisnya. Ia takut jika Mas Aryo akan membentaknya lagi seperti tadi.

"...maafin Ning, Mas.." begitu lah kalimat akhir yang diucapkan Ningrum setelah menjelaskan segalanya.

Mas Aryo merasa telah berburuk sangka pada istrinya. Ia sangat amat menyesal, Mas Aryo pun merengkuh Ningrum ke dalam pelukannya.

"Ssstt... Mas yang salah. Maafin Mas, ya?" Sembari mengusap belakang kepala Ningrum yang masih terlapisi oleh khimar. Ningrum pun hanya menganggukkan kepalanya.

Begitulah, ledakan kemarahan yang berhasil melunak karena kesabaran Ningrum dan tangisan ketakutan darinya.

Mas Aryo mendekap erat Ningrum, takut jika wanitanya akan merajuk dan pergi. Haha. Sungguh, kesalah pahaman kecil yang amat ditakuti oleh keduanya.

•• KANG MAS! ••

Tengah malam Ningrum terusik karena getaran ponsel Mas Aryo yang membuatnya terbangun. Sangat keras, namun sang pemilik ponsel tak mendengarnya sama sekali.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang