بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Masih dalam kemelut ego
masing-masing.Mata Ningrum membulat seketika. Lelaki yang saat ini tak ingin ia lihat malah kini berada di depannya.
Ingin sekali Ningrum melangkahkan kakinya dan berlari sekencang-kencangnya. Tapi, tak ada ruang untuknya. Mas Azhar, lelaki itu ada tepat di depannya yang sedang duduk di ayunan.
Mas Azhar membelakanginya dan menatap Mas Aryo yang tetap tak bergeming berdiri.
"Cari istrimu?" Pertanyaan Mas Azhar terdengar meremehkan.
Mas Aryo tak menjawab. Lelaki itu melangkahkan kakinya hingga kini tepat berada di depan Mas Azhar, "saya tidak ada urusan dengan anda. Permisi."
Tak diduga, Mas Aryo dengan sigap meraih tangan Ningrum dan menarik istrinya itu.
"Heh! Jangan kasar, bisa? Itu istri kamu," tegur Mas Azhar kala melihat Ningrum yang tak mengenakan alas kaki berjalan terseok-seok karena Mas Aryo.
Mas Aryo pun berhenti. Ia membalikkan badan, "anda tidak perlu mengatakan apa-apa. Saya lebih paham bagaimana cara memperlakukan istri saya."
Keadaan yang semakin memanas membuat Ningrum takut. Ia pun mengelus lengan Mas Aryo, takut-takut jika suaminya itu lepas kendali.
"Saya hanya mengingatkan. Sebagai sesama manusia, saya berhak," jawab Mas Azhar tegas dan penuh penekanan.
Tanpa di sadari Ningrum, Mas Aryo menggertakkan rahangnya. Siap-siap melepas tinju untuk Mas Azhar.
Belum sampai tangan Mas Aryo mengenai pipi mulus Mas Azhar. Dengan lantang Mas Azhar berteriak, "apa mata kamu buta? Lihat kaki istrimu!! Dia bahkan tidak memakai alas kaki. Tapi, dengan teganya.. kamu menyeret dia."
Mas Aryo pun terlihat kaget. Matanya menatap kaki Ningrum yang memang tidak memakai apapun. Kemudian, ditatapnya lagi istrinya itu. Apa yang ia dapat? Tatapan sendu Ningrum.
Astaga! Mati kamu Mas Aryo.
"M-maaf,"
Mas Aryo pun melepas sendalnya, "kamu pakai, sayang!" Titahnya dengan lembut tapi syarat akan penuntutan.
Ningrum yang akan menolak pun tak jadi. Karena Mas Aryo berlutut untuk memakaikan sendalnya pada Ningrum, "Mas! Jangan seperti itu.''
"Yuk! Pulang." Kembali diraihnya tangan lembut istri tercintanya itu.
"Saya duluan," Mas Azhar hanya tersenyum tipis mengetahui sosok Mas Aryo yang sebenarnya good people dengan sifat keramahannya.
"..dan, terima kasih."
Mas Aryo dan Ningrum pun melewati gerbang taman bermain itu. Ningrum sempat menoleh dan tersenyum pada Mas Azhar.
Malam itu pun berakhir dengan berlalunya kemarahan Mas Aryo. Namun, sepertinya kekecewaan Ningrum terhadap Mas Aryo masih begitu dalam.
•• KANG MAS! ••
"Tidur! Kita bicarakan besok pagi."
Begitulah titah Mas Aryo sesampainya di rumah. Ningrum salah mengira, jika Mas Aryo akan langsung menyelesaikan perselisihan antara mereka berdua.
Satu hal yang baru Ningrum ketahui, Mas Aryo adalah sosok lelaki yang ketika marah padanya tidak akan menunjukkan pada orang lain. Seperti saat tadi, ketika Mas Azhar ada di sekitar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang Mas! [Completed]
EspiritualKisah cinta tiada dua-nya. Antara Ning dan Mas Aryo. Kemudian, juga tersedia "lika-liku kehidupan rumah tangga Ningrum yang berawal dari sebuah kisah perjodohan." Disertai pertanyaan : Akankah, cinta tumbuh diantara keduanya? Jawaban : *ada di ceri...