Wolu | Delapan

5.9K 343 8
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Masih dalam ujian kecil.

SENYUM kecil tergambar jelas di wajah Mas Aryo kala mendengar cicitan Ningrum. Walau pelan, tapi masih jelas terdengar.

Mas Aryo masih menunggu kelanjutan dari ucapan istrinya itu, "Ning nggak suka lihat Mas Aryo sama Ravita Ravita itu. Ingat! Mas. Mas itu sudah beristri. Jadi-"

Cup!

Ciuman itu salah mendarat. Mas Aryo tidak berniat mencium bibir Ningrum. Niat hati mencium pipi Ningrum karena gemas malah mencium sekilas bibir merah muda itu.

"Maaf, Ning. Mas nggak sengaja. Tadinya Mas mau cium pipi kamu-"

Ningrum mendelik. Bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang, "memangnya kenapa kalau kena bibirku? Bukannya Mas sendiri yang bilang kalau kita ini sudah muhrim. Maksud Mas.. Mas, nyesel udah cium aku?"

Astaga! Salah lagi.

Mas Aryo semakin dibuatnya mati kutu. Wanita, akal pikirannya kalau sudah marah apapun yang lelaki perbuat atau katakan. Maka akan selalu salah dimatanya.

"Bukan seperti itu, humairahku.."

"Apa!? Seperti apa!!?" Volume Ningrum masih tetap nge-gass.

'Astagfirullah.. sikon nggak baik kalo diterusin. Mode selalu salah on.' Batin Mas Aryo sembari mengelus dadanya.

"Kenapa!!? Kenapa malah bengong? Mas ngelus dada karena aku?" Praduga Ningrum semakin membuat Mas Aryo terpojok.

"Ning!!" Akhirnya, puncak dari kesabaran Mas Aryo telah habis. Bentakan keras itu menggema memenuhi ruang pribadi mereka.

Ningrum sedikit berjingkat, namun kembali berekspresi seperti semula.

"Dengerin aku dulu, Ning.."

Mas Aryo melihat Ningrum semakin terisak. Tiba-tiba Mas Aryo meraih Ningrum ke dalam rengkuhannya, "tidak ada wanita lain yang ada dihatiku setelah Ibu selain kamu, Ning. Ravita hanya sebatas temanku. Pernahkah kamu berpikir alasan aku menikahimu?"

Ningrum mengangkat wajahnya dari dada Mas Aryo, menggeleng pelan. Ia memang sengaja tak mau berpikir, agar Mas Aryo sendirilah yang segera memberitahunya.

"Tidak ada alasan." Jawaban Mas Aryo membuat dahi Ningrum berkerut.

Apa maksudnya?

"Ya.. karena cinta tidak memerlukan sebuah alasan."

Pipi Ningrum bersemu merah. Ia pun kembali menenggelamkan kepalanya di dada Mas Aryo agar tidak terlihat jika ia sedang kesengsem.

Begitulah malam itu berakhir. Dengan keduanya saling mengungkapkan apa yang mereka rasakan.

Kemudian, diakhiri dengan kegiatan yang mendatangkan pahala. Puasa Mas Aryo selama ini berakhir. Baik Ningrum maupun Mas Aryo sama-sama bahagia. Semoga si kecil segera hadir.

•• KANG MAS! ••

"Hloo.. kalian berdua. Keramasnya barengan ya pagi ini." Celetuk sang Ibu mertua membuat keduanya sedikit menyembunyikan kegugupannya.

"Apaan sih, Ma?" Mas Aryo mengambil duduk. Sedangkan, Ningrum melenggang ke dapur membantu Bu Anjar menyiapkan sarapan.

"Semoga 'jadi' ya, Ning.." Ningrum mengerjapkan mata berkali-kali. Duh! Ibu mertua bisa-bisanya.

Kang Mas! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang