[ ch. 17 : how lonely ]

25 4 0
                                    

Sudah sekitar jam 7 pagi, Jikare dan Miria menginap di agensi. Miria takut jika pulang larut malam, untungnya dia sudah memberi tahu Dazai kalau dia bersama Jikare. Jikare tertidur di meja kerjanya, banyak tumpukan kertas dan file yang bejibun. Syal merah darahnya itu juga tak pernah terlepas dari lehernya, dia tertidur dengan anggun. Miria jelas tidur di sofa, dengan wajah kelelahan itu. Sepertinya dia habis bergadang, menceritakan masa lalu, dan menambahkan obrolan cewek, um, sepertinya bukan Miria yang memulai duluan.

Miria tak pernah tahu, bahwa dulu dirinya pernah dibantu oleh Jikare. Dia hanya ingin membantu, seperti yang dilakukan nya kepada Dazai.

Suara pintu terbuka tidak terdengar nyaring, pintu itu terbuka perlahan. Disana, dia mendapati seorang gadis yang tertidur, ralat, menginap disana. Kunikida. Ya, kau tahu Kunikida? Dia orang yang tegas, dan selalu tepat waktu. Yah, walaupun tak semuanya. Kunikida hanya heran, kenapa ada Miria yang ikut serta disana. Mentari pagi sudah terlihat jelas, membuat sinarnya menusuk mata lebam Jikare. Dia terbangun, mengucek matanya. Sedikit membengkak akibat menangis berjam-jam.

Tugasnya belum selesai semua, masih ada 58% dari kasus dan latar belakang Miria. "Ohayou, Kunikida-kun." Sapa Jikare, "kau menginap? Bagaimana dengan tugasmu?" Kata-kata itu membuat Jikare gerak cepat melihat monitor komputer nya. Masih banyak. Jikare melihat dengan tatapan kecewa, "sudah kubilang, fokus dengan pekerjaan mu,"

"Semua orang memang harus fokus ke pekerjaan, tetapi jangan terlalu disibukkan. Mereka juga butuh istirahat sebentar atau hiburan. Aku dan kau itu beda."

Kunikida hanya menatap kesal Jikare, pagi pagi sudah membuat jengkel. Tapi ada benarnya juga. Kunikida juga memaklumi. "Menyedihkan juga sih, Miria hidup tanpa kasih sayang orang tuanya." Jikare menghela nafas, dia melihat wajah Miria yang terlihat kelelahan itu. "Sekarang tugasmu untuk membesarkan nya." Kata Kunikida, Jikare hanya menggeleng pelan. "Belum saatnya, Kunikida-kun."

Kunikida hanya menatap, melihat Jikare gemetar. Matanya benar-benar terlihat sesuatu yang akan terjadi, entah itu kapan. Rasa takut itu menghantui Jikare, Kunikida pun menenangkan Jikare. "Aku takut, jika itu benar terjadi." Jikare hanya menunduk dan meremat rok nya, Kunikida bahkan tak tahu apa yang dimaksud Jikare. 

Seiring berjalannya waktu, para anggota agensi berdatangan satu persatu. Miria juga sudah bangun, sebelum nya dia juga sempat merapihkan agensi. Seperti biasa, Ranpo suka menjahili Miria, Dazai yang bermalas-malasan, Kunikida yang terlihat semangat untuk bekerja, Kenji yang selalu terlihat riang gembira, dan adik kakak junichiro. Yosano bekerja di ruang kesehatan, sekali-kali dia ikut nimbrung.

Jikare melihat-lihat lagi tumpukan kertas itu, dengan detail dia membenarkan lagi dengan bolpoin. Sesekali dia mengacak rambut frustasi, karena pekerjaan nya yang tidak selesai-selesai. "The 4 mad alice kembali berulah? " Batin Jikare yang tengah membaca artikel berita di internet. Benar, The 4 Mad Alice kembali membuat resah warga Yokohama, dari pembunuhan, perampokan dan pembantaian. Jikare juga sempat bingung ingin bagaimana, mereka semakin kuat. Penjara yang menempatkan vin dan X juga hancur lebur, penuh darah dan mayat. Jikare mengacak rambutnya lagi, dia merasa kesal dengan perbuatan organisasi gila ini.

Lagi-lagi dia mendengar omelan Kunikida, bukan ke Jikare melainkan ke Atsushi. Dia ingat, Miria dulu juga berada di panti asuhan dimana Atsushi dibesarkan. Miria menganggap nya neraka, sama seperti Atsushi. Dia berbeda dengan Maria, Maria selalu mendapat kasih sayang, tak pernah menderita. Ada orang lain yang bersangkutan dengan Miria, dia keturunan Belanda. Lilia Natvasia, itu namanya. Dia sudah meninggal dunia setahun yang lalu, dia yang selalu menjaga Miria. Jikare kepikiran untuk mengunjungi makamnya.

Dia mengajak Miria, dia dulu sempat mengunjungi makam Liliana. "Kunikida-kun, aku pergi sebentar!" Kata Jikare dengan nada tinggi, dia berdiri di ambang pintu. "hoi! Kau mau kemana!" Sahut Kunikida, wajahnya terlihat kesal. "Ada urusan penting! Oh ya, aku pinjam Miria dulu!" Jikare langsung menutup pintunya dan pergi meninggalkan agensi. Dia menggenggam tangan mungil Miria, sebelum ke makam, mereka membeli sebuket bunga lily, Itu bunga kesukaan Liliana.

"Liliana, aku datang" senyum Miria menghampiri nisan bertuliskan Lilia Natvasia. Nisan itu terlihat masih bagus, "aku merindukanmu!" Kata Miria sambil memeluk nisannya. "Ah, halo, Lilia" sapa Jikare, "ini bunga untukmu, dari Miria, semoga kau suka ya." Kata Jikare sambil menaruh buket itu. "Terima kasih telah menjaga Miria."

Miria pun melihat raut wajah Jikare, lalu menghela nafas sejenak. "Miria-chan, kau tahu kenapa dia memberhentikan hidupnya?" Tanya Jikare, Miria hanya menggeleng kan kepalanya. "Dia juga sama sepertiku, tidak mendapatkan kasih sayang, mereka membenci diriku dan Liliana. Tetapi tidak dengan Maria." Jelas Miria, "apakah itu yang membuat kau berasumsi seperti itu?" Tambah Jikare. Miria terdiam, "aku tak tahu, kenapa dia bertingkah aneh sebelum dia meninggal."

"Seperti dia memelukku tiba-tiba, membuat kan makan untuk mereka, membersihkan tempat itu, dan senyumannya itu sangat buruk."

"Sebelum nya dia tidak pernah melakukan itu, bahkan dia selalu mengabaikan mereka demi aku."

Jikare hanya mengelus kepala Miria pelan, dia merasa bersalah telah menanyakan itu. Membuat Miria mengingat hal yang tidak ingin diingat lagi. Jikare memeluk Miria, "maafkan aku," senyum Miria, itu terlihat buruk. Sama seperti Liliana. "Menangis lah, aku akan selalu ada untukmu kok!" Jikare tersenyum, Miria benar-benar menangis. Rasa sakit nya itu mengalir ke Jikare, dia bisa merasakannya.

"Baiklah, kita pulang ya, Kunikida-kun pasti sudah menunggu" ajak Jikare, Miria hanya mengangguk, "Liliana, aku pulang dulu ya, jaga dirimu baik-baik disana!" Kata Miria. Lalu mereka segera ke agensi, saling menggenggam tangan.

..

"Tadaima!"

Semua orang di agensi pun menoleh ke Jikare dan Miria, sepertinya sudah lama mereka menunggu kehadiran Jikare dan Miria. "Akhirnya kau datang juga, kau mendapat tugas lagi!" Sahut Kunikida, Jikare menghela nafas kasar. "tunggu tugas ku yang lain selesai dulu bodoh!!" Elak Jikare, dia kesal akan tugasnya yang menumpuk itu.

"Pergi saja kau dari agensi kau!"

"Berisik kau maniak kerja!"

Mereka berdua pun saling mencaci maki, para anggota agensi lainnya hanya menyimak pertengkaran itu.

Suara telepon itu berbunyi sangat nyaring, Miria langsung mengangkatnya agar tidak terganggu.

"Moshi Moshi?"

"Miria! Tolong aku!"

"L-Liliana? Tidak mungkin kan?"

.

.


.

~TBC~

Jeng jeng jeng~
Nahloh bingung kan, saya aja juga bingung wkwk
Jangan hujat saya plis wkwk

teardrops | BSD OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang