[ ch. 18 : threat ]

15 5 0
                                    

"L-Liliana?!"

Gadis bersurai biru itu terkejut, matanya terbelalak. Dia bahkan baru saja menerima sebuah petir yang menyambar, detak jantungnya tidak teratur. "Ada apa Miria-chan?" Tanya Jikare yang sepertinya juga terkena musibah Miria, "d-dia masih hidup."

"L-Liliana? Tidak mungkin itu." Mata emerald nya itu bahkan juga tidak memastikan bahwa itu benar. Tangan Miria yang tengah menggenggam telepon gemetar hebat, "Liliana menjerit tadi, aku harus menolong nya!" Sergap Miria langsung pergi meninggalkan agensi. Dia benar-benar cemas, Jikare pun terkejut. Mau tidak mau harus mengikutinya. Jikare tidak ingin Miria kenapa-kenapa.

"Miria-chan! Jangan kemana-mana!" Teriak Jikare dari kejauhan, Miria benar-benar lenyap seketika. Cepat sekali anak itu lari. Jikare pun kewalahan mencari anak aneh bin ajaib itu, antara menyesal dan tidak dia mengurus anak itu walau tidak sepenuhnya. Lalu dia berhenti sementara, dia berpikir tidak mungkin toh manusia bisa hidup kembali, pasti ada seseorang yang meniru suara Liliana dan menjebak. Dia ingat sekarang, organisasi yang sedang booming itu The 4 Mad Alice, sedangkan mereka sedang mengincar dirinya, lalu diingat-ingat Sasaki lah yang pandai meniru suara siapapun termasuk orang yang sudah tidak ada. Betapa hebatnya pendosa itu. Dan sekarang dia bingung harus mencari kemana.

Karena kesal, Jikare mengacak rambut frustasi. Seketika didepan matanya gelap, semuanya menghitam. Dia tidak tahu apa yang terjadi, dia hanya terkejut.

"Wah, wah segitu pentingnya kah dia dalam hidupmu?" Suara itu, benar-benar tidak asing. "Akio-kun?! Bagaimana—"

"Kau tahu sendiri kan, bahwa kami tidak dapat di tangkap secara mudah!" Hardik Akio, Jikare hanya terdiam. Situasinya rumit, bahkan dia belum menyiapkan rencana apapun. "Ah, jadi begitu ya rencana kalian?" Jikare menyeringai, cahaya berwarna ungu cerah itu menyelimuti tubuh Jikare. "Inoryōku.."

Falling Crysophia
.
.
.
.
.
.
.

Gadis itu terus berlari untuk menemui sang kakak, surai biru lautnya itu terhembus angin. Dia sudah mencari di berbagai tempat, dari distrik sampai ke gang buntu. Nafas nya itu tersengal-sengal, dia lelah setelah lari. Memegangi erat boneka kesayangan nya itu, sesekali dia merapihkan poninya yang selalu menutupi matanya.

"Mau kemana, gadis kecil?"

Suara itu mengagetkan Miria, dia hanya diam tak menjawab. Dengan perlahan dia menengok kebelakang, mendapati sebuah tetesan darah disana. Miria menelan ludahnya sendiri, matanya terbelalak.

"Tadaima, Ichinose Miria."

Miria langsung menjauh dari perempuan itu, dia bergidik ngeri. Miria tak bisa apa-apa lagi selain melawan, "dimana Liliana?!" Bentak Miria. Perempuan itu hanya tersenyum jahat, "kau telah masuk dalam jebakan kami!" Jawab nya dengan penuh kegirangan. "K-kami? Tidak mungkin kan—"

"The 4 Mad Alice, Sasaki Nobuhiko."

»itzcaramell«

mereka berdua masih bertarung dengan nyawa taruhannya, mereka bertarung gila. Si dua pengguna kegelapan itu tidak ada yang mengalah. Jikare, salah satu pengguna kemampuan pemanggil arwah itu masih berpaling dengan cutter kesayangannya itu. Banyak luka gores yang menghiasi di wajah dan di tangannya itu, sedikit-sedikit dia meringis karena bergerak dengan luka gores yang amat menyakitkan itu.

Jikare tidak bisa melibatkan anggota detektif lainnya, mereka juga terkepung oleh Hayato dan Oshiro.

Akio juga tidak habis-habisnya membantai Jikare seorang dengan menggunakan pisau tajam. Memang cukup kejam, tapi itulah mereka, The 4 Mad Alice. 

"Aku tak mungkin kan memanggil arwah sekarang? Tapi bagaimanapun juga ini darurat.." batin Jikare yang masih menahan serangan dari Akio, mereka masih bertarung dalam kegelapan. Manik emerald milik Jikare itu menyala seketika, banyak bayangan hitam pekat yang muncul dari tubuh Jikare.  "Ah, sudah saatnya untuk serius ya.."

Akio pun mundur beberapa centi saja, jaga jarak dari Jikare yang berubah drastis. Itu benar-benar bukan dirinya. "Rasukan arwah ya, ability mu boleh juga." Seringai Akio dibalik topengnya itu, Jikare hanya berteriak.

"Akhiri aku sekarang juga."

.
.
.
.

"Kau tahu, aku memiliki dongeng yang menarik!" Ujar Sasaki yang mendekati wajahnya ke Miria, rasa takut yang dialami Miria benar-benar sudah di atas rata-rata. Tapi tubuhnya tak bisa digerakkan sama sekali, tubuhnya gemetaran.

"Dahulu kala, hiduplah seorang gadis kecil yang hidupnya bisa dibilang tak layak,"

"Dia selalu diperbudak tanpa imbalan yang pantas."

Suaranya menakutkan, tangan Sasaki mencengkram kuat tangan Miria. Jantungnya berdetak tidak karuan, keringat dingin membasahi wajah Miria.

"Dia pun melakukan dosanya, yaitu Sacrifice Alice." Lanjut Sasaki.

"Pengorbanan .. Alice?" Jawab Miria.

"Yap, dia dulu dijuluki dengan nama Alice. Karena mereka tidak tahu asal usulnya dan dia selalu bertingkah aneh, seolah-olah sang Alice itu merasa dia di dunia ajaibnya."

Seolah-olah Miria mengingat tentang cerita itu, dia terus bergetar hebat.

"Dia bunuh diri, dengan menceburkan diri ke sumur tua."

Dan Miria pun akhirnya memberontak, hatinya benar-benar hancur saat mengingat nya. Pikiran nya terbayang-bayang tentang Liliana. Air matanya kini mengalir tanpa aba-aba.

Tubuh Miria seperti dirasuki, dia bergerak dengan sendirinya. Kilat dimata kirinya. Miria menjerit kesakitan, dia meremat pakaian nya. "S-sebentar ... Aku belum memakai kemampuan ku."

"Bunuh aku ... "

.
.
.
.
.

~TBC~

Maaf semuanya kalau chapter ini pendek.
Saya lagi banyak masalah dan urusan.
Trus juga maaf kalau update nya lama.
Saya minta maaf sebesar-besarnya.
Terima kasih telah baca dan dukung cerita ini^^

teardrops | BSD OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang