[ ch. 27 : la vie en rose p.t 2 ]

19 1 0
                                    

"p-pergi dari sini, Maria-nee!"

Teriakan itu membuat bimbang sang gadis api itu, pandangan nya terkunci saat melihat Mayumi dengan keadaan seperti itu.

"Tak akan, aku akan menolong mu!" Seru Maria, seperti nya anak itu mulai tak sadar dan tubuhnya dikendalikan lagi. Beberapa serangan dari anak itu dapat di hindarkan.

Maria pun menahan gerakan tangan Mayumi, bagaimana cara menghentikan nya. Udara dingin ini membuat Maria tak tahan.

Sebuah tendangan meluncur ke arah kaki Maria, membuat gadis api itu terjatuh. Kapak itu mulai menghampiri kepala Maria, untung nya reflek gadis itu masih bisa dikendalikan. Ia menghindar dari serangan mautnya itu.

"Sial! Kenapa aku harus berpapasan dengan orang menyebalkan ini!?" Batin Maria menahan kapaknya itu.

Serangan anak kecil itu mulai membabi buta, sedikit demi sedikit tenaga Maria terkuras karena menghindari serangan maut itu.

Serangan itu menggores tangan Maria, darah itu mulai mengalir. Seringan anak kecil itu, rencananya berhasil.

Dengan tampak darah, itu hal yang mudah bagi Mayumi. Karena kemampuan nya. Bloody rose.

Tangan kiri Maria pun mati rasa, tak bisa bergerak dengan leluasa. Maria pun mengerang kesal. Anak kecil itu tertawa keji, tetapi dengan suara yang berbeda.

"Jangan sampai terkena serangannya."

Satu serangan itu mulai bergerak, dengan cepat ia menendang kapak itu. Mayumi pun berdecih. Kapak itu terlempar entah kemana.

"tanganmu nanti akan merasakan sakit yang amat luar biasa."

"Tanganmu akan terasa seperti ditusuk duri mawar."

"Dan saat itu juga-"

Segera Maria langsung menyerang Mayumi dengan api birunya. Sayang, anak itu lebih lincah dibanding kan dirinya.

"Kau!" Maria menggeram, tatapan tajamnya itu membuat Mayumi tersenyum.

"-tanganmu akan menumbuhkan mawar merah yang amat indah!"

Tiba-tiba Maria terjatuh, memegangi tangan kirinya. Rasanya panas dan menyakitkan walau hanya luka gores. Maria pun meringis kesakitan.

"Ah! Efeknya mulai menyebar!" Teriak Mayumi senang. Sedangkan Maria hanya teriak kesakitan.

"Ayo! Tunjukkan ekspresi mu itu! Ahaha!!"

"Dasar- monster!"

-tears-

"Sedang apa? tuan putri."

Gadis berambut biru itu masih sibuk dengan rajutan syal, sehingga tidak meladeni manusia perban itu.

"Hoi, apa kamu mendengar ku?" Sahut Dazai lagi, kali ini dia menatap wajah sang gadis.

"Aku sedang merajut, jangan ganggu, nanti tidak selesai." Ujar Miria, tatapannya masih ke rajutan benang berwarna merah ini. Dazai merasa dirinya tak dianggap.

"Untuk siapa? serius sekali."

"Untuk seseorang yang berharga dihidup ku." Jawab Miria sambil tersenyum, "aku jadi ingin tahu, siapa seseorang itu." Tambah Dazai. Sedangkan Miria hanya terkekeh pelan.

"Nanti kau akan mengetahui nya."

-

Saat ini, Jikare hanya bisa menatap dari jendela. Udara juga mulai dingin. Syal merah darah nya itu masih merekat di leher nya.

teardrops | BSD OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang