[ ch. 13 : The 4 Mad Alice p.t 4 ]

35 7 1
                                    

"jadi.. bagaimana cara mengalahkan nya?"

Akutagawa, seorang pengguna kemampuan yang memiliki pembunuhan yang kejam ini pun dibingungkan oleh kemampuan nya Akio.

"Setidaknya kasih aku penerangan bodoh.." Akutagawa langsung mengeraskan nadanya kepada gadis kecil yang tak berdosa. Karena dari tadi Maria sudah muak akibat ocehan Akio maupun Akutagawa, dia langsung menggunakan kemampuan nya dengan jengkel.

"Inoryōku.."

Dark Vow : Madness Rain.

Seketika hujan api biru pun langsung menyerbu Akutagawa, "jangan diarahkan kepadaku, arahkan ke Akio.." Kata Akutagawa sambil melindungi dirinya dengan makhluk-makhluk hitam itu. "Ternyata kau tidak bisa akur dengan Maria ya.." suara itu masih mengganggu konsentrasi Maria dan Akutagawa. "Ah.. pengganggu ini benar-benar mencari mati.." senyuman sadis itu pun terukir di wajah Maria yang polos. "Coba saja! Siapa tau kau beruntung!" Sorak Akio yang terlihat bahagia di balik gelap gulita. "Nee.. Akutagawa menyingkir lah dari sekitar ku..." Kata Maria. "Untuk ap-"

Dark Vow : Fire Shoots.

Sebuah bola api muncul di sekitar Maria yang tampak kesal. Dia benar-benar muak sekarang, Akutagawa hanya bisa menatap bola api berwarna biru yang terlempar ke segala arah.

"Semoga tenang.. Maria.."

...

Setelah memasukkan Hayato dan Oshiro ke penjara, Jikare dan Miria segera kembali ke Agensi.

"Jadi.. mereka akan mendapat hukuman mati.." kata Miria yang tidak percaya. Mata Jikare yang biasanya bermakna keceriaan kini telah berubah menjadi sedih. Jikare masih mengingat kenangan dimana dia bermain bersama mereka, walaupun mereka adalah seorang pembunuh berantai. Sudah 36 kasus yang telah mereka lakukan, dan 132 orang yang tewas akibat pembunuhan dari tangan mereka yang tidak seharusnya.

"Apa benar, kalau kau itu mantan anggota The 4 Mad Alice?" Tanya Miria sembari jalan menuju Agensi, Jikare hanya diam dan tidak menggubris pertanyaan dari Miria.

Jikare masih mengingat pesan Hayato sebelum ia meninggalkan mereka.

"Seperti nya Akio-niisan sedang bertarung oleh 2 Anggota port mafia, aku tak tahu dia dimana sekarang.. tapi.. jangan sampai dia terbunuh di tangan port mafia.."

"Ingat.. satu lagi.. Akio-niisan sangat trauma dengan api..."

Saat Jikare masih asyik melamun, mereka telah tiba di Agensi. "Nee.. Jikare-san.. jangan melamun.. kita sudah sampai.." Miria langsung menarik tangan Jikare pelan. "Ah.. maaf.. aku terlalu memikirkan tadi.." Jikare tersenyum.

"Tadaima!"

"Okaerinasai.. Jikare.. Miria" sambut para anggota Agensi ditengah sibuknya mereka bekerja. "Bagaimana?" Tanya Kunikida. "Mereka masih di bawahku.. jadi aku masih bisa mengalahkan nya.. saat ini dia telah dipenjara dan akan mengalami hukum mati.." jelas Jikare dengan wajah nya yang serius. "Begitukah?.. ternyata kau jadi tambah kuat setelah menghilang 2 tahun ini.." Dazai pun menggoda Jikare yang sedang serius, "eh.. a-ano.. Bakacchi.. Jikare-san.. lagi benar-benar serius.. jangan diajak bercanda dulu ya.." kata Miria memperingati Dazai. "Memangnya kenapa? Tumben sekali dia serius?" Lanjut Dazai. Miria pun terdiam dan merasakan firasat buruk. "Perasaan ini, kenapa? Aku tak ingin seseorang ada yang mati.."

...

Maria pun benar-benar terdiam mematung, matanya melotot. Merasakan sesuatu yang mengerikan, sebuah darah keluar dari mulutnya. Perutnya tertusuk oleh pisau.

Air mata nya itu pun mengalir dari matanya yang tak bersalah itu, "k-kenapa?"

Akutagawa pun terkejut melihat Maria tertusuk oleh Akio, "Maria!!" Ia teriak sekarang. "Kenapa sakit sekali.. rasa sakit yang belum pernah ku rasakan sepanjang hidupku.."

Akio pun tersenyum dibalik topengnya, "tugasku sekarang sudah selesai.." ucapnya. "Sialan kau!" Akutagawa benar-benar marah sekarang, rashoumon nya itu langsung menyerang Fhooster dengan cepat.

"Bahkan aku belum sempai menemui Nee-sama.."

Matanya yang tajam itu pun membaca pergerakan rashoumon milik Akutagawa, sehingga Akio langsung menghindar dan mengeluarkan pisau-pisau nya itu.

"Kau belum puas ya, sampai kau masih ingin bermain dengan ku?" Ia menyeringai dibalik topengnya. Akutagawa hanya mengabaikan dan masih fokus untuk mencari titik lemahnya Akio.

Pisau-pisau yang berada ditangan Akio kini telah terlempar akibat rashoumon Akutagawa. Maria hanya menatap lemah Akutagawa dan Akio yang sedang bertarung. Lalu ia tersenyum tipis.

"Jangan menyerah.. Akutagawa.. tetap fokus dan jangan lengah.."

"Kau pasti bisa mengalahkan nya.."

"Aku akan terus mendukung mu.."

Dark Vow

Rashoumon milik Akutagawa pun telah mengunci pergerakan Akio. Api api biru pun muncul dan mengelilingi Maria.

"A.. aku.. tak akan.. m-mati semudah itu.." kata Maria yang menahan sakit luka di perut nya. Maria mencoba berdiri dan berjalan mendekati Akio, tetapi ia berjalan dengan sempoyongan akibat tidak kuat menahan rasa sakit nya itu.

"Maria! Apa yang kau lakukan!" Akutagawa pun berteriak dan menatap ku aneh, "biarkan aku membantu mu.." Maria tersenyum tipis. Akutagawa baru pertama kali melihat Maria tersenyum dari sekian lamanya ia di port Mafia.

Saat itu juga, Akio gemetaran akibat traumanya dengan Api. "J-ja-jangan dekati aku!!" Seketika Akio mulai ketakutan.
Maria pun mencabut topeng dari wajahnya Akio, lalu tugas Akutagawa yang tersisa hanya menghancurkan gelang nya saja.

"Sekarang kau telah dikalahkan.." Maria langsung terjatuh. "Maria!" Akutagawa langsung khawatir.
Ship baru lagi? Hm.. kurasa tidak.

"Kau.. t-telah b-berusaha s.. sebaik mungkin kok.." Maria pun masih tersenyum saat melihat wajah Akutagawa, "bodoh! Apa yang kau katakan!" Akutagawa pun cemas menatap wajah Maria yang sudah tak berdaya itu.

"T-terima kasih... Akutagawa-kun"

~TBC~

teardrops | BSD OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang