[ ch. 10 : The 4 Mad Alice p.t 1 ]

48 7 1
                                    

Setelah kembali membenarkan jari tangan kanan Ichigo, Miria langsung berlari menuju lokasi dimana Jikare berada.

Terus berlari walau orang lalu lalang terus menghambat Miria untuk sampai ke lokasi tersebut, tetapi Miria menabrak seseorang.

"Ah! Sumimasen!" Ucap maaf Miria kepada orang yang ditabraknya, karena buru-buru Miria tidak sempat melihat wajah orang yang ditabraknya dan melanjutkan pelariannya (lari dari kenyataan /ditabokreaders).

Nampaknya orang yang ditabraknya Miria tadi seperti tidak merasakan apa-apa, rambutnya yang serupa dengan Miria pun terkibas oleh angin dan menatap nya dingin.

"Dare ka? Kenapa dia mirip denganku.."

...

"Hah... Hah... Hah..."

Miria pun mendesah kelelahan akibat berlari (ambigu bgt astaga/ditabokreaders), "kau telat 15 menit" kata Jikare tersenyum. "Cih, jangan dihitung, Dazai kedua.." Miria pun menatap Jikare datar, "jangan samakan aku dengan Dazai-sensei.." jawab Jikare. "apa kau sudah menyelidiki mayatnya?" Tanya Miria lagi. "Ah belum sih.."

"LANTAS DARITADI NGAPAIN AJA BODOH SELAMA 15 MENIT ITU!!"

..

Miria yang belum cukup umur itu bisa kasar akibat ulah Dazai dan murid sablengnya itu, dan Miria mencoba mengeluskan dada untuk sabar dari cobaan setan yang terkutuk ini. "Wah rata ya.." (/ditabokreaderslagi)

"Mayat ini ditemukan saat anda menyelamatkan seseorang saat kebakaran tadi" ucap salah satu polisi sambil menunjuk Miria, "apa anda tahu penyebab kematian mayat ini" tanya jikare. Polisi itu pun menggeleng, "kami tak bisa mengotopsi mayat ini dikarenakan sudah terbakar.."

"Boleh kami lihat mayatnya?"

"Ya silahkan.."

...

"H-he.. mayatnya seorang wanita.." kata Miria ketakutan setelah melihat wajah mayat itu, Jikare hanya mengamati mayat tersebut dengan fokus. "Apa yang kau temukan? Jikare-san?" Tanya Miria yang membuat Jikare terhenti akan fokus melihat mayat itu.

"Dia memiliki luka tusukan tepat di jantungnya"

"H-he.. bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Miria lagi, "jangan remehkan aku, penglihatan ku lebih jernih dibandingkan kau.."

"Pikiran ku lebih jernih dibandingkan pikiran kau.."

Skakmat.

Dan Miria merasakan sesuatu yang buruk, kemampuan pembaca pikiran Miria tiba-tiba aktif dan membaca seluruh pikiran mayat tersebut. "Aneh.. kenapa ini masih berfungsi.." batin Miria dengan wajah panik. "Doushite? Miria-chan.." tanya Jikare yang bingung melihat wajah Miria.

"seperti nya pelaku tersebut adalah orang yang menangkap para anggota agensi dan anak anak sekolah.. tidak, lebih tepatnya ia memiliki kembaran.."

Setelah Miria berbicara seperti itu, lalu Miria teringat adiknya. Miria menggelengkan kepalanya untuk tidak memikirkan adiknya untuk saat ini, "kenapa kau begitu yakin?" Jikare pun menatapku serius.

".. orang yang mulai menusukku.. iya! Eh.. chigau... dia yang sudah kutangkap.. jadi.."

"..."

"Orang yang mengontrol kan bom, seperti nya dia sudah kabur dan entah pergi kemana.." jelas Miria sambil memandangi mayat tersebut, "pembunuhnya laki-laki?.. ah.. aku mengingat nya.. konflik The 4 Mad Alice.." tambah Jikare sambil menyeringai. "He? Apa itu?" Miria pun tampak bingung.

"The 4 Mad Alice adalah 5 orang pembunuh berantai yang misterius, konon katanya mereka sedang mengicar orang-orang di Yokohama. Dan sepertinya orang yang telah membunuh salah satu orang di Yokohama akan meninggalkan sebuah kartu menurut kepribadian nya.. contohnya Hayato dan oshiro"

Miria pun melongo setelah mendengar penjelasan dari Jikare, "Hayato dan Oshiro?" Miria pun bertanya lagi kepada Jikare. "Mereka adalah pelaku pembunuhan ini.. dan bisa dibilang mereka si Twin Heart.." Jikare melanjutkan penjelasannya. "Wah kau tahu tentang mereka ya!" Puji Miria, "ya, karna ku salah satu dari mereka.."

"Apa?!"

"Uso dakedo~" Jikare tersenyum konyol, 'plak' Miria pun memukul kepala Jikare. "Bahkan polisi tidak bisa menangkap The 4 Mad Alice.." lanjut Jikare.

"Eh, tak bisa ditangkap polisi.. berarti..."

Miria pun hanya diam mematung setelah mendengar itu dari Jikare, "b-bagaimana cara kita untuk menaklukkan mereka?" Miria tidak bergerak sama sekali, hanya saja mulutnya yang bertanya kepada Jikare. "Hanya satu.. melepaskan gelang mereka.." jawab Jikare, "tapi tak semudah itu.."

Sementara Maria..

Maria mendapatkan tugas oleh Mori, bukan mendapat sih, lebih tepatnya dipaksa lalu Maria terpaksa. Sebelumnya saat diperjalanan, Maria tertabrak oleh seseorang yang mirip dengannya. Sampai saat itu Maria masih memikirkan hal itu.

"Doushite Maria?" Tanya Chuuya, Maria pun menggeleng kan kepalanya. "iie.. aku hanya memikirkan bagaimana nanti.." Maria berbohong. "Benarkah??" Ucap Chuuya tak yakin, tanpa satu kata pun Maria langsung memberikan tatapan tajam nan dingin nya itu kepada Chuuya.

...

"Omoshiro na.. nee, Haya-nii Bagaimana?"

"Lumayan juga.. he.. demo demo, Oshiro.. Apa Miria dan Maria merupakan anak kembar seperti kita?"

"Seperti nya, selagi masih dipisahkan.. kenapa kita tak menghancurkannya?"

"Kau benar juga! Mari kita sampaikan Sasaki-neesan!"

.

.

.

.

.

.

=TBC=

teardrops | BSD OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang