Chapter Twelve

2.6K 135 0
                                    

Sudah beberapa hari aku tinggal di rumah ini. Tak ada yang istimewa, bahkan tak jarang Nathan pergi entah kemana. Saat aku terbangun di pagi hari, ia tak ada dirumah.

Dan begitu pula sekarang. Aku tak ingin tau kemana ia pergi atau hal apa yang ia lakukan. Aku lebih baik diam dan seharusnya aku berterimakasih padanya, bukan nya marah karena ia pergi tanpa memberihuku.

"Kau sudah bangun, Nona?"

Aku terkejut saat ku melihat ada seorang perempuan sedikit tua tengah menatapku dari arah ruang makan.

"Um, yeah." Jawabku canggung.

"Sarapan sudah siap, Ms. White."

"Sarapan? Oh, yeah thanks. Tapi, siapa kau?"

Dia sedikit membungkuk kemudian memperkenalkan namanya dan siapa dia lalu apa tugas nya disini.

"Um, oke. Leah? Dimana tuanmu?"

Dia menggeleng, "Mr. Wade pergi pagi-pagi sekali, Ms. White."

"Just Anna, Please."

Dia mengangguk lalu pergi meninggalkan ruangan setelah ia memberitahukan sarapan nya ada di ruang makan. Aku segera kesana dan melihat banyak sekali berbagai jenis makanan. Ada roti isi, telur di goreng dengan bacon, lalu berbagai jenis roti. Apa hanya pikiran ku saja atau ini memang berlebihan?

Nathan meminta Leah untuk melayaniku selama aku disini. Sungguh ini sangat berlebihan mengingat aku dan Nathan tak memiliki hubungan khusus. Kami hanya.. teman. Ya, just friend.

Aku mengambil roti isi dan teh hangat untuk mengisi perutku. Setelah siap, aku mengirim pesan pada Nathan, bertanya keberadaan nya. Aku harus membicarakan soal ini padanya, aku tidak mau semakin lama aku akan berhutang budi padanya.

Aku ada di frat ku. Kenapa? -Nathan

Alisku terpaut. Dia memilih tinggal di frat miliknya sementara dia memiliki penthouse yang begitu besar dan tak seorang pun tinggal disini sebelum aku. Apa dia waras?

Aku rasa Nathan hanyalah laki-laki yang membuang-buang uang nya dengan membeli apa yang ia inginkan.

Kita harus bicara. -Me

Aku menggigit jari sembari menunggu Nathan membalas pesanku. Kenapa hanya menunggu balasan dari laki-laki itu membuatku berdegub?

Ok, aku akan kesana. -Nathan

Baiklah. Nathan membuat pekerjaanku lebih mudah, aku tak perlu membuang tenaga ku untuk menghampirinya.

Menunggu lama, akhirnya Nathan tiba. Mata nya sedikit merah dan aku mencium aroma alkohol. Apa dia mabuk? Sepagi ini dia sudah minum? Aku yakin dia sedang tidak waras.

"Ada apa?" Tanya nya dingin.

Aku mendekatinya, "Apa kau mabuk?" Saat aku mencoba menggapai lengannya, ia menghindar.

"Ada apa, Anna?"

"Kita tidak bicara jika kau sendiri sedang dalam pengaruh alkohol."

Dia mendekati ku, namun aku mundur menjauhinya. Entah kenapa tatapan Nathan membuatku risih. Sama seperti tatapan nya saat pertama kali kami bertemu. Tatapan sehabis ia bertengkar dengan Loren saat itu. Aku tidak suka tatapan nya yang seperti ini. Ia terlihat seperti asshole.

"Katakan."

"Nathan.."

Tangannya mendekap kedua pipiku untuk menatap matanya. Sungguh penciumanku sangat tidak sedap. Aroma tubuh Nathan yang biasanya membuatku kecanduan, kini tertutupi oleh aroma alkohol yang sangat tajam.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang