Chapter Fourty-Six

1.3K 56 0
                                    

Anna's POV

"Bagaimana kondisi kalian, sayang?"

"Kami baik-baik saja, Paman. Kau tak perlu mengkhawatirkan kami berdua."

"Jelas saja aku khawatir, Anna. Kalian adalah kesayangan Paman. Tentu aku begitu mencemaskan kondisi kalian, apalagi kalian tinggal pisah dari Bibi kalian."

"Aku akan menjaga kondisiku dan Larry, Paman. Kau jangan khawatir, sebaiknya kau jaga kondisimu saja. Jangan lupa istirahat yang cukup, Paman. Aku sayang Paman."

"Ah, aku juga, sayang. Sampaikan salam ku untuk Larry, ok? Aku masih memiliki begitu banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Kita akan berbicara lagi nanti. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa, Paman."

Saat telfon kami terputus, Nathan masuk keruanganku. Ia terlihat begitu kacau. Apa ia masih belum menyelesaikan masalah nya dengan Liam sejak kemarin?

"Nathan?"

"Ya?"

"Apa kau baik-baik saja?"

Dia duduk di sebelah ku, "Ya, tentu. Kenapa?"

"Kau terlihat begitu kacau. Apa kau yakin tak ingin bercerita padaku, hm?"

Ia memandang ku sekilas, namun sedetik kemudian ia menunduk resah, "Hanya masalah balap. Bukan hal penting. Apa kau sudah makan?" Aku yakin bukan hanya sekedar masalah balap, tapi aku tak ingin mendorongnya untuk mau menceritakan masalah nya padaku.

"Sudah. Kau?"

"Aku sudah membeli roti tadi." Aku mengangguk pelan. Ia memegang tanganku dan meremasnya pelan.

"Dokter bilang, kau sudah boleh pulang hari ini."

"Sungguh? Ah, akhirnya. Aku bosan berada disini. Aku ingin di apartemen bersama Larry dan kau." Ia menatapku dengan seksama, "Aku juga. Aku sangat merindukanmu, sayang." Ia mengecup bibirku lembut. Saat aku hendak berkata-kata, pintu terbuka dan menampakan Floyd beserta kedua bocah yang sangat aku rindukan.

"Larry! Sheila!"

"Anna!" Teriak mereka histeris.

"Aw, aku sangat merindukan kalian berdua!"

"Aku juga." Jawab Larry. Sheila hanya tersenyum dan membalas pelukan ku dengan hangat.

"Kau sudah bisa pulang ha--"

"Dia sudah tahu." Sergah Nathan cepat. Floyd menatap Nathan dengan santai dan ia memberikan selembaran foto padaku, "Apa kau mengenal orang ini?"

Aku meraih foto-foto itu. Dengan cepat otak ku memproses sebuah wajah yang tak begitu asing bagiku. Sialan. Itu adalah mantan kekasihku saat di London dulu. Bagaimana Floyd bisa mendapatkan foto-foto ini?

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang