Chapter Fourty-Seven

1.4K 46 0
                                    

Pagi ini aku bangun dengan sangat bahagia. Aku seperti sudah lama tak merasakan bangun dengan langsung menatap wajah polos Nathan ketika tidur. Ia tidur bak seorang bayi polos tanpa dosa.

Aku mengelus rahang nya dengan pelan agar tak membangunkannya. Aku sangat mencintai Nathan, bahkan melebihi nyawaku sendiri. Entah bagaimana, aku begitu terikat dengannya. Ia memang tidak sempurna. Ia memang tidak sebaik laki-laki lain. Tapi ia dapat membahagiakan aku dengan caranya sendiri.

"Hm.."

Aku memperhatikan matanya yang perlahan terbuka dan langsung menatapku, "Maaf aku membangunkan mu." Bisikku. Ia tersenyum dan mendekatkan bibirnya padaku, lalu mengcup pelan.

"Kau sudah bangun sejak tadi?"

"Tidak juga."

Aku meletakkan kedua telapak tanganku di dadanya yang telanjang. Ia tersenyum hangat, "Apa kau tidur nyenyak?" Tanyaku. Ia mengangguk pelan sembari mengelus puncak kepalaku, "Ya, berkat kau."

Aku terkekeh pelan. Ia mendekatkan tubuhku padanya, "Apa rencanamu hari ini?" Tanyaku.

"Entahlah, kau?"

"Aku juga tidak tahu, tapi aku ingin menghabiskan hariku dengan mu berdua saja."

"Baiklah, kau ingin kita melakukan apa hari ini?"

Aku berpikir sejenak. Hal apa yang membuat kami berdua menikmati akhir pekan kami? Hm, mungkin bermain ke pantai tidak ada salahnya. Lagipula, aku sudah lama tidak membawa Larry berlibur.

"Um, bagaimana jika kita ke pantai?"

"Bagaimana dengan adikmu? Apa kau akan meninggalkan nya sendirian disini?" Wajahnya menatapku serius, aku tertawa pelan melihat ekspresi nya itu.

"Tentu tidak, Nathan. Kita akan ajak Larry." Nathan menaikkan sebelah alisnya, "Kau bilang ingin menghabiskan hari ini hanya berdua?" Dia benar. Tapi aku tidak mungkin meninggalkan Larry, ia pasti kesepian selama aku dirumah sakit kemarin. Tapi aku tidak mungkin meminta Floyd untuk menjaga Larry selagi aku bersenang-senang bersama Nathan. Kakak macam apa aku ini.

"Um, tidak ada jalan lain. Mau tidak mau kita harus membawa Larry." Ucapku. Nathan menaikkan sebelah alisnya setuju, "Aku tidak masalah, asal dia tidak membuat masalah denganku." Ia terkekeh pelan.

"Terimakasih."

"Untuk?"

"Karena kau sudah baik dengan adikku." Aku tersenyum lalu mengecup pipi kanannya sebelum beranjak masuk kedalam kamar mandi.

Nathan's POV

"Kita harus kerumah ku lebih dulu untuk mengambil beberapa pakaianku." Aku mengendarai mobil ku menuju penthouse milikku atau mungkin lebih tepatnya milik Ibuku.

"Kita akan kemana, Anna?"

"Tebak."

"Um, taman bermain? Bioskop? Mall?"

"Salah." Sergah Anna cepat. Ia tertawa melihat ekspresi Larry yang cemberut karena salah menebak tujuan kita. Aku hanya bisa menyimak kedua adik beradik ini dalam diam.

"Kau akan tahu nanti. Ini kejutan."

"Oh, ayolah, Anna. Aku tidak suka kejutan." Ucap Larry.

"Kau selalu suka."

"Hm, baiklah." Larry mengalah. Ia memalingkan wajahnya menatap jalan raya disampingnya dengan antusias.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang