Chapter Thirty-Six

1.5K 67 2
                                    

Nathan's POV

Aku mendapati Anna yang tengah berbincang bersama Floyd. Ia mengetahui kehadiranku disini.

"Hei, kalian berdua!" Sapa Harris.

Aku menatap Anna yang hanya membuang pandangan nya dariku, "Nathan?" Floyd memanggilku dengan tatapan tak percaya. Ya, aku yakin dia begitu peduli dengan perasaan Anna saat ini. Tapi aku mencoba untuk tidak perduli karena Anna sendiri begitu keras kepala padaku.

"Hai, Floyd." Sapa Joy, "Hai, Joy." Ucap Floyd, tapi aku masih merasakan tatapan nya terkunci padaku.

"Kau mau minum apa, hm?" Joy menyentuh rahang ku dengan lembut. Tatapan ku masih menjurus pada Anna yang terus saja membuang pandangannya dariku.

"Vodca." Jawabku.

"Theo! Buatkan vodca terlezat untuk Nathan. Um, dan aku pesan wine."

"Aku whiskey!" Teriak Harris yang sudah bergabung dengan perempuan di belakangku.

"Ayo, kita cari tempat duduk." Joy menarik ku untuk ke sofa yang Harris dan perempuan berambut brunette itu duduki.

Aku mencoba melihat keberadaan Anna, tapi ia sudah tidak ada disana. Kemana dia?

Anna's POV

Aku sungguh tidak kuat melihat Nathan bersama Joy bermesraan dihadapanku. Kenapa Nathan begitu brengsek? Kenapa?!

Sembari menangis tersedu-sedu aku masuk ke dalam toilet. Aku mencoba menangis dengan puas tanpa ada yang mengganggu ku.

"Anna?" Aku mendengar suara Floyd memanggilku diluar. Saat aku sudah puas menangis, aku keluar dan membilas wajahku dengan air. Mataku sembab, dan aku yakin siapapun yang melihat ku saat ini, mereka akan tau kalau aku baru saja menangis.

Floyd bersandar di dinding saat aku keluar dari dalam toilet. Wajahnya terlihat cemas dan langsung menghampiriku, "Kau menangis?" Aku mengangguk. Dia menghela nafas gusar lalu menarik ku kedalam pelukannya. Tak dapat aku tahan lagi, aku kembali menangis di pelukan Floyd. Ia mengelus punggung ku dengan lembut sembari menyemangatiku agar tidak bersedih lagi.

"Aku bisa mengantar mu pulang, jika kau mau." Floyd masih memelukku. Aku menggeleng pelan lalu perlahan menjauhkan tubuhku darinya, "Aku tidak apa-apa."

"Kau sungguh?"

"Yeah, Floyd." Ia mengangguk, "Baiklah, tapi jika kau tidak tahan dengan mereka disini, bilang padaku. Aku bisa mengantarmu pulang." Aku mengangguk lalu memberikan senyuman kecil, "Baiklah, kau sangat baik, Floyd." Ia tersenyum.

Kami kembali menghampiri Theo yang bersantai sembari berbincang dengan beberapa perempuan berambut pirang. Floyd memberiku segelas wine, "Tidak, Floyd. Aku tidak minum."

"Ayolah, segelas wine saja. Itu tidak buruk." Aku menatapnya sejenak lalu akhirnya mengambil segelas wine tersebut. Saat aku meneguknya habis, aku melihat Nathan berjalan menghampiriku.

"Theo, aku mau sebotol bir." Ucapnya sembari tatapannya terkunci padaku. Terlihat ia sedikit cemas namun mencoba bersikap santai.

"Ini." Theo memberikan sebotol bir padanya, kemudian ia pergi melangkah tanpa mengajakku berbicara.

Sialan! Apa yang ia inginkan? Kenapa ia begitu menyebalkan seperti ini? Aku menatapnya tajam kemudian aku meminta sebotol bir pada Theo.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang