Chapter Thirty-One

1.9K 72 1
                                    

Paginya aku memulai semuanya dengan indah. Aku dan Nathan kini sepakat menjalani sebuah hubungan yang awalnya sulit untuk kami jalani, atau lebih tepatnya sulit untuk Nathan jalani. Yeah, karena sebuah kehilangan tentu akan mendatangkan trauma yang mendalam. Tapi aku bahagia, kini aku dapat menjadi seseorang yang membuatnya keluar dari traumanya. Keluar dari ketakutannya akan kehilangan.

"Aku berani membayar mahal untuk tau apa yang sedang kau pikirkan." Dia memelukku dari belakang sembari memberi kecupan di tengkukku membuat aku sedikit merinding.

"Kau mau bacon?"

"Ya, boleh." Nathan mencium tengkuk serta punggungku berulang kali, "Hentikan, Nathan. Kau mengganggu konsentrasi ku." Dia malah terkekeh di belakangku.

Saat aku siap memasak bacon, telur, dan roti panggang untuk kami santap pagi ini, aku langsung membawa semuanya ke meja makan. Tentu saja dengan bantuan Nathan. Ia melahap makanan nya dengan begitu cepat, mungkin perdebatan tadi malam begitu menguras tenaga kami.

"Kau akan bekerja?"

"Tidak, ku pikir aku akan berhenti saja. Melelahkan jika harus bekerja seharian, lagipula aku akan menjemput Larry untuk tinggal disini."

"Hari ini?" Aku mengangguk.

"Mau aku antarkan?"

"Kau mau?" Dia mengangguk sembari meneguk susu hangat buatan ku, "Baiklah. Kita harus bersiap-siap. Sebelum kerumah Paman, kita singgah ke tempat kerja ku dulu untuk membicarakan hal ini pada Noel."

"Noel?" Seketika kening Nathan mengernyit, "Yeah, dia adalah bosku."

Ia hanya mengangguk lalu berjalan kearahku dan mencium ku sekilas, "Aku akan pulang sebentar untuk bersiap-siap. 30 menit lagi aku akan menjemputmu." Dia kembali mengecup bibirku dan berlalu pergi. Dengan segera aku langsung masuk kedalam kamar mandi dan bersiap-siap.

Nathan's POV

Saat aku tiba di frat, aku liat semua pada berkumpul dengan segelas minuman di masing-masing mereka. Ini cukup pagi untuk mereka mengadakan party disini, bukan?

"Nathan! Kemana saja kau?" Tanya Harris.

"Dia terlalu sibuk dengan wanita baru nya, mungkin." Aku melirik pada Jack saat ia meledekku, "Berhati-hati dalam berucap, Jack." Ingat ku.

"Nathan.. kau kemana saja, hm? Aku mencarimu dari kemarin. Kenapa kau tidak pernah kesini lagi?" Joy, wanita berambut pirang yang selalu menjadi mainan ku jika aku bosan. Ia cukup cantik, sexy, dan menggoda tentu saja. Tapi aku hanya sebatas memuaskan nafsu jika bersama nya, tidak lebih.

"Hentikan, Joy." Aku mencoba menolak dirinya saat ia ingin mencium ku, "Kenapa? Kau tidak biasanya menolak untuk aku cium, hm?"

"Karena aku tidak dalam mood ku. Jadi hentikan sebelum kau menyesal." Joy mendengus kesal lalu mundur beberapa langkah dan bergelayut manja pada Jack.

"Biarkan dia, sayang. Dia sedang temperamen, seperti biasanya." Jack tertawa kecil namun dapat ku liat yang lainnya tak ikut tertawa dan malah menatap Jack dengan was-was. Aku tak dapat menahan emosiku lagi dan langsung memberi pukulan pada wajah Jack.

"Berani kau meledekku lagi, aku tak yakin kau masih bisa menghirup oksigen, Jack." Dia menatapku nyalang dan aku pergi meninggalkan dia bersama yang lainnya.

Dengan cepat aku langsung mandi dan mengganti pakaian ku. Saat aku keluar dari kamar, semuanya sudah pergi. Hanya beberapa sampah gelas yang tersisa disini. Aku berjalan keluar dan kembali ke apartemen Anna untuk menjemputnya.

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang