Chapter Thirty-Five

1.5K 63 2
                                    

"Are you ok, Anna?" Aku mengangguk sembari menahan tangis ku agar tidak keluar lagi. Noel terlihat cemas menatapku yang sejak tadi hanya duduk di sofa sembari termenung.

Aku mendengar suara ketukan pintu dan aku yakin itu adalah Nathan, "Mau aku yang buka?" Aku menggeleng, "Tidak perlu. Biarkan saja." Jawabku santai.

Noel hanya mengangguk dan ia pergi ke dapur mengambilkan aku segelas air, "Thank you, Noel." Ia mengangguk.

"Anna! Buka pintunya!" Teriak Nathan. Aku mencoba untuk tidak mendengarnya. Ia berulang kali menggedor pintuku tapi aku masih tidak menghiraukan nya.

"Anna! Please dengarkan penjelasan ku dulu!"

Larry keluar dari dalam kamar dan menatapku khawatir, "Anna? Kau kenapa?" Aku tersenyum padanya sembari menggeleng, "Aku tidak apa-apa, Larry. Bisa kau masuk ke kamar?" Dia mengangguk lalu masuk kedalam kamarku dan membiarkan ku menyelesaikan urusanku.

"Anna! Kalau kau tidak mau membukanya, aku akan mendobrak paksa pintu ini!" Aku membuang nafas gusar lalu mencoba berdiri, "Biar aku saja." Noel menahan ku dan langsung mendahului ku untuk membuka pintunya.

"Mau apa lagi kau kemari, huh?"

"Dimana Anna?"

"Dia tak ingin bertemu denganmu. Jadi pergilah dari sini."

Aku melihat wajah Nathan mengeras. Ia menatapku dari kejauhan, "Jangan ikut campur dengan urusanku." Ancam Nathan tegas. Ia menarik kerah baju Noel dan aku langsung mendekati mereka sebelum terjadi perkelahian disini.

"Lepaskan dia, Nathan."

"Anna, dengarkan aku-"

"Tak ada yang perlu kau jelaskan, Nathan. Pulang lah." Ucapku tanpa menatapnya. Aku merasakan ia menggenggam tanganku, "Anna, please.."

"Kau dengar dia, dude. Pergi dari sini."

Saat Nathan ingin membuka suara nya, Floyd tiba-tiba saja muncul bersama Sheila di sebelahnya. Mereka menatap kami dengan heran.

"Hai, Anna. Ada apa ini?" Tanya Floyd yang langsung berdiri di sebelahku.

"Bukan apa-apa." Jawabku.

"Pergi, Nathan." Ucap Noel tegas. Nathan terlihat menahan emosinya lalu ia menatapku lama sebelum ia melangkah kan kakinya pergi dari sini.

"Apa yang terjadi?" Floyd memegang bahuku dan aku menggeleng, "Ada apa, Floyd?" Aku mencoba mengganti topik pembicaraan.

"Aku hanya ingin mengajak Larry berjalan-jalan bersama Sheila. Ku pikir akan mengajakmu juga, tapi kelihatan nya kau.."

"I'm fine, Larry ada didalam. Ayo, masuk." Aku memanggil Larry untuk keluar.

"Larry!"

"Sheila."

Mereka terlihat bahagia ketika bertemu. Ternyata Larry dan Sheila bisa menjadi teman baik dalam waktu cepat.

"Floyd ingin mengajakmu jalan-jalan. Kau mau?"

"Bolehkah?" Aku mengangguk sembari mengelus puncak kepalanya, "Yeay!!" Teriaknya riang.

"Um, Floyd. Perkenalkan dia adalah mantan bos ku, namanya Noel. Noel, dia adalah bosku di bar, namanya Floyd."

Mereka saling berkenalan dengan ramah, "Jadi, apa kau akan ikut?"

"Um, mungkin tidak. Aku ingin beristirahat." Floyd mengangguk paham lalu ia menunggu Larry untuk bersiap-siap.

Aku meninggalkan Noel dan Floyd yang tengah asik berbincang. Tampaknya mereka adalah tipe laki-laki yang sama. Mereka cepat akrab, tidak seperti Nathan. Baik Nathan dan Floyd ataupun Nathan dan Noel, mereka sama-sama tidak baik. Atau memang semua orang susah untuk cepat akrab dengan Nathan?

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang