Chapter Seventeen

2.3K 103 1
                                    

"Silahkan, mau pesan apa?"

"Sausage, Egg and Cheese McGriddles satu, Chicken and Sandwiches satu, Iced Coffe, coke." Aku mencatat semua pesanan nya.

Huft, hari ini sungguh melelahkan. Banyak sekali pengunjung yang datang untuk makan siang disini. Akhirnya aku bisa bernafas lega karena aku sebentar lagi bisa segera pulang. Saat melihat arlojiku, angka sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku segera mengganti pakaian ku.

"Kau sudah akan pulang, Anna?" Suara Noel membuat aku terkejut. Dia tiba-tiba berdiri didepan ruang ganti ku dengan coke di tangannya.

"Um, yeah."

"Bagaimana kalau kita nonton?"

"Nonton?" Aku melihat diriku sendiri dari pantulan dinding kaca yang menampakkan diriku dengan pakaianku yang seperti ini ditambah tubuhku merasa sedikit gerah.

"Maaf, aku tidak bisa. Aku harus bersiap-siap bekerja lagi."

Noel terlihat kaget, "Kau bekerja dimana?"

"Bar." Noel mengangguk pelan, "Mungkin lain waktu aku akan mengizinkanmu tidak bekerja dan nonton bersamaku?"

Yang benar saja. Aku bahkan baru sehari bekerja disini dan dia sudah menawarkan libur untukku hanya demi nonton bersama?

"Um, tapi aku baru bekerja disini, apa itu tidak berlebihan, huh?"

Dia menggeleng pelan.

"Tentu tidak. Aku bos mu, aku bisa mengizinkanmu libur jika aku mau." Terpaksa aku akhirnya mengangguk pelan. Setelah banyak basa basi dengan Noel, aku ditawarkan untuk diantarkan pulang. Awalnya aku menolak, tapi ia terus saja memaksaku dan mau tidak mau karena dia adalah bos ku, aku menerima tawaran nya.

Saat aku tiba, Nathan sudah ada di rumah. Dengan kondisinya yang tentu saja buruk. Mata nya memerah, tubuh dan nafasnya beraoma alkohol, pakaian yang entah sudah tak tertata rapi. Aku menggeleng pelan sembari duduk di dekatnya.

"Kau dari mana saja?"

"Aku baru pulang bekerja. Dan kau dari mana saja? Lihat kondisimu sekarang, astaga!" Nathan benar-benar hancur.

"Kerja?" Aku mengangguk, "Yeah, aku baru saja bekerja sebagai karyawan di tempat makan."

"Kau sudah bekerja di tempat Floyd. Apa itu masih kurang untukmu?"

"Tentu saja. Aku harus segera mendapatkan biaya untuk membeli rumah agar aku dan adikku bisa tinggal disana. Aku tidak mungkin selamanya merepotkan mu."

"Kau bisa membawa adikmu untuk tinggal disini jika kau mau." Aku menggeleng tegas. Itu tidak mungkin. Aku tidak mau semakin banyak berhutang budi padanya, dia bukanlah siapa-siapaku. Aku tidak ingin bantuannya lagi.

"Aku tidak ingin membawa adikku untuk tinggal di rumah mu, Nathan."

"Ini bukan rumahku." Wajahku berubah serius. Apa dia sedang bercanda, huh?

"Ini rumah Ibuku. Dia yang membeli rumah ini. Kau bebas menggunakannya." Aku malah semakin menggeleng tegas dan yakin untuk pindah dari sini.

"Apalagi ini rumah Ibumu, Nathan. Aku tidak mungkin tinggal disini lebih lama. Apa yang akan dia katakan jika nanti dia tau aku menumpang dirumahnya?!" Aku tak percaya padanya. Ia menyuruhku untuk bebas menggunakan rumah ini sesukaku sementara ini adalah rumah Loren. Aku tau Loren pasti akan mengizinkan ku untuk menumpang disini, tapi aku tidak ingin semakin merepotkan keluarga mereka.

"Terserah kau saja, Anna. Aku hanya ingin membantumu."

"Terimakasih atas tawaranmu, but it's ok. Secepatnya aku akan mencari rumah." Dia hanya mengangguk kecil dan kami berdua saling menatap lantai tanpa ada yang bersuara. Apa aku harus menanyakan apa yang terjadi padanya?

Aku menatap Nathan yang tengah memijit pelipis nya. Saat aku ingin membuka suara, dia berdiri dan berjalan masuk ke kamarnya. Baiklah, mungkin bukan saatnya untuk aku menanyakan kondisinya.

Malam ku berjalan baik seperti biasanya. Untung saja hari ini aku tidak menemukan Jack disana. Hariku begitu lelah dan aku sangat butuh istirahat sekarang. Setelah aku bersih-bersih, aku langsung membaringkan tubuhku.

Nathan's POV

Aku berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air mineral. Apa Anna sudah tidur? Sejujurnya hingga sekarang aku tidak tau penyebab kenapa aku membawanya kesini dan menawarkan bantuan padanya. Ini hal gila.

Awalnya aku sungguh membencinya. Sangat. Kenapa? Karena dia mencoba ikut campur atas apa yang aku lakukan. Dia memberitahu Ibuku kalau aku mengalami kecelakaan. Apa yanga ada dipikiran nya saat itu?

Aku mendesah pelan saat pikiranku teralihkan disaat aku menciumnya pertama kali. Saat aku menatap matanya dan dia membalas menciumku. Ini seharusnya tidak boleh terjadi padaku. Tidak. Tapi aku tidak tau apa yang ada dipikiran ku saat aku mencium nya waktu itu.

Tak lupa saat aku tidur memeluknya. Argh! Ini benar-benar tak masuk akal. Sepertinya semakin lama aku tidak bisa mengendalikan apa yang harus aku lakukan.

"Ayah! Tidak. Tidak! Kumohon.."

Aku mendengar suara Anna yang berteriak dari dalam kamarnya. Aku segera berlari dan melihat kondisinya disana. Ia terus saja berteriak tentang Ayahnya dan Ibunya. Ada apa?

Dengan cepat aku menggoyangkan bahunya untuk membangunkannya. Akhirnya ia terbangun dan menatapku kaget, "Mimpi buruk, hm?" Ia mengangguk pelan dan memposisikan dirinya untuk duduk dan menatapku.

"Mau bercerita?"

"Mungkin tidak sekarang. Aku sangat lelah." Jawabnya. Aku hanya mengangguk dan mencoba untuk tidak memaksa nya.

"Kau mau aku menemanimu tidur? Seperti yang kau lakukan padaku saat aku... um, yeah."

Dia mengangguk malu. Apa dia baru saja malu saat aku menawarkan untuk menemaninya tidur?

Akhirnya tanpa pikir panjang ia membaringkan tubuhnya menghadap ku saat aku ikut baring di dekatnya. Aku menarik kepalanya untuk mendekat ke dadaku. Saat nafasnya sudah teratur, aku yakin dia sudah kembali tidur.

Paginya aku tidak langsung meninggalkannya begitu saja. Aku asik dengan menatapnya yang tengah tertidur. Melihat Anna yang tertidur pulas di pelukanku membuat aku sedikit merasa aneh. Entahlah, mungkin karena sudah lama aku tidak merasakan hal ini.

Matanya perlahan terbuka dan menatapku, "Selamat pagi." Dia tersenyum dan aku pun membalasnya, "Yeah, selamat pagi." Jawabku.

"Bagaimana tidurmu?"

"Um, lumayan. Kau cukup membuatku tertidur nyenyak." Dia mengucapkan nya sembari menunduk malu. Aku hanya terkekeh dan berdiri dari tempat tidur, "Kau harus bekerja, bukan?" Ia mengangguk.

"Oke, aku harus kembali ke kamarku. See you at breakfast." Dia hanya mengangguk dan tersenyum kecil padaku. Aku keluar dari kamarnya dan segera mandi. Aku harus membawa motorku ke bengkel sebelum balap dimulai tepat tengah malam nanti.

To Be Continued.

__________________

Jangan lupa vote!

The JERK From SEATTLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang