Derap langkah kaki semakin mendekat kearahku, namun aku menghiraukan suara gaduh itu. Aku masih berfokus pada merapihkan pakaianku.
Kalian mengira aku mengepack baju?
Benar... entah mengapa aku merasa harus bersiap-siap.Kau memang lemah Huang Renjun.
"Ya Renjun!"
Suara nyaring memenuhi telingaku, aku tahu siapa pemilik suara itu. Ia hanya akan bersikap tidak sopan seperti ini jika tidak ada siapapun diantara kami.
"Kau packing?" Suara tersebut sedikit melembut tak kala ia sampai di kamarku dan melihatku.
"Kelihatannya?" Kataku masih berfokus menata baju pada koper.
Aku melirik Chenle sekilas,kemudian seutas senyuman sinis tersungging di bibirnya.
"Aku kira kau akan teguh menolak Junkai gege menjemputmu." Sindirnya
Aku menutup koperku dan menatap lamat Chenle. "Pergi kau jika hanya ingin mengganggu ku!" Usirku jengah dengan jahilnya Chenle.
"Relaks... aku hanya ingin berbicara serius denganmu." Ucapnya kemudian duduk di pinggiran kasurku, aku hanya menatapnya.
"Aku baru saja bicara dengan Junkai gege." Ujarnya menatapku balik.
Aku mengangkat sebelah alisku, bukan kah ia memang senang mengobrol dengan Junkai? Apakah melaporkan kegiatannya menjadi hal wajib sekarang?
"Ish... aku berbincang dengannya bukan sebagai fans! Tapi tentang cerita kalian berdua!"sungutnya melihat wajah tidak peduliku atas ucapannya tadi.
"Tentangku?" Tanyaku memastikan ucapan Chenle.
"Iya, aku menemuinya disela ia menunggu manager Wong. Wajahnya sangat pucat aku rasa dia sakit." Ucap Chenle memikirkan suatu hal.
Aku berdecak pinggang melihatnya "Omaya... lihatlah fanboy ini, khawatir akan biasnya."
Seonggok bantal tiba-tiba mendarat tepat diwajahku,tentu saja pelakunya tak lain adalah Chenle. "Aku berkata begini justru bertanya padamu, dia menemuimu dulu kan sebelum aku?"
Aku membalas lemparan bantal tadi tepat pada wajah Chenle begitu kencang sehingga memberikan efek Chenle yang terdorong kebelakang. "Sakit gila! Lebamku masih bengkak! Tentu saja aku bertemu dengannya duluan."
"Kalau begitu kau tahu kenapa Junkai gege menjadi semakin diam? Dia sudah sedingin es dan diam seperti tadi membuat ia seperti pendingin pada freezer kulkas." Cerocosnya sambil berusaha kembali bangkit pada duduknya.
"Mana aku tahu! Ia sudah sempoyongan sejak bertemu denganku, mungkin sakit." Kataku kemudian ikut duduk diatas kasur.
"Dan kau tidak peduli?"
"Tidak."
Chenle menoyor kepalaku. "Aigu kau adik yang benar-benar tidak tahu diri."
"Karna diamnya itu aku menanyakan apa yang kalian bicarakan, tapi dia malah bertanya balik padaku." Sambung Chenle
"Kau tidak penasaran?"tanyanya setelah melihatku yang hanya terdiam.
Sejujurnya aku sangat penasaran apa yang Junkai gege tanyakan dan berakhir seperti apa percakapan mereka ini. Hanya saja rasa ego ku lebih besar dibanding keingin tahuanku, akupun memutuskan untuk diam seolah tidak ingin tau.
"Ish... anak ini, ia malah bertanya balik kepadaku sampai mana kau menceritakan hidupmu." Gerutu Chenle karna melihatku menyalakan Ipadku.
"Dengar ya, aku menceritakan semua yang kau katakan pada Dreamies kemarin,aku bilang padanya bahwa kau dianak tirikan oleh ayahmu, ibumu yang terlalu ambisius hingga Junkai gege yang mengerikan seperti monster." Oceh Chenle terus menerus,tapi aku hanya fokus pada ipadku, menggambar sebuah galaxy yang entah mengapa perpaduan warnanya sungguh gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️
FanfictionKetika dalam satu keluarga kakak beradik menempuh karir yang sama namun terpisahkan jarak dan negara. kira-kira siapa yang lebih terkenal? dan apa problem di balik mereka? Junkai x Renjun bahasa semi baku short story