Biru lebam begitu memenuhi kedua lengan Junkai. Anak itu sedang memandangi tangannya yang sengaja ia tutup menggunakan baju lengan panjang di musim yang panas ini.
Belakangan ia mendapatkan hukuman dari sang ayah. Alasannya Karna dia tidak mengerjakan tugas dirumah hingga nilai nya menjadi turun.
Padahal sebenarnya ia mengerjakan tugas Renjun hingga lupa mengerjakan tugasnya sendiri, ia membenci Renjun tapi ia tidak bisa melihat adiknya di cambuk oleh ayah.
"Aku sudah selesai ge.." suara kecil Renjun Mengintrupsi lamunan si sulung. Ia melihat Renjun sudah disampingnya dengan kertas bernomorkan angka 127 di dadanya.
"Lama, ayo kita pulang." Ketus Junkai. Ia tidak menyadari ada sosok pria dewasa dibelakang adiknya itu.
"Sebentar..."
Sosok itu menyadarkan Junkai bahwa mereka tidak sendirian. Lelaki dengan paras yang lumayan, mengenakan kaos hitam dan jeans itu tersenyum kearah Junkai.
"Aku tau dari Renjun kalo dia bersama kakaknya. Ternyata kalian mirip." Ucap lelaki itu basa-basi, Junkai tetap menatap malas pria itu dan ingin segera pergi.
Ini adalah pertamakalinya ia menemani Renjun audisi, ia terpaksa menemaninya karna ibu dan ayah yang sibuk bekerja. makanya ia merasa sangat tidak betah.
"Apa kau juga tidak mau mencoba seperti Renjun?" Tanya pria itu mengusap bahu Renjun pelan.
Sang adik hanya mendengus,meremehkan omongan pria itu. Lagipula Junkai tidak mempunyai skill, ikut test audisi sama saja mempermalukan diri bukan?
"Siapa tau salah satu diantara kalian ada yang diterima. Iyakan Renjun?" Pertanyaannya membuat anak bungsu itu mengangguk dengan Ragu.
Junkai menatap Renjun,pikirannya kalut. Ini terlalu mendadak, lagipula ia tidak bisa bernyanyi, apalagi akting. Tapi kesempatan tidak datang dua kali kan?
Anak pertama keluarga Huang itu belum juga bersuara. Ia malah menatap lelaki dan Renjun Bergantian. Hatinya masih ragu, ragu jika ia mengikutinya hanya akan membuang-buang waktu. Masih banuak pekerjaan yang harus dia kerjakan dirumah.
"Ikut saja."
Ucapan dari mulut Renjun sontak membuat Junkai menoleh. Adiknya menatap sang kakak dengan mata malas, maksudnya ia bercanda namun Junkai menangkap lain ekspresi adiknya itu.
"Baiklah..."
Ucapan Junkai sontak membuat sang adik terkejut,terlebih pria dewasa diantara mereka itu ikut terkejut dan menepuk tangannya bahagia. Ia menduga bahwa kakak Renjun ini adalah tipe anak yang arogan.
"Ayo ikut om." Ujarnya menarik lengan Junkai dan menitah Renjun menunggu kakaknya. Sedangkan sibungsu yang masih terkejut hanya bisa terdiam menuruti perintah.
Merasa bodoh sudah berkata demikian pada sang kakak. Dan takut malah memperburuk keadaan.
-o-
"Bagaimana bisa jadi Junkai yang diterima!?" Murka ibu yang baru saja memasuki rumah setelah dari pertemuan antara Orang tua dan TFent.
Sebuah agensi yang diikuti Renjun, namun mereka malah menerima Junkai dari audisi yang dadakan beberapa hari lalu.
Setelah Junkai dengan tanpa persiapannya menyanyikan lagu ost.one piece favoritnya mereka menelpon dan memberi surat pada ibu,untuk membicarakan hal lebih lanjut.
Anak sulung yang merebut mimpi adiknya.
Itu sekarang yang ada dipikiran ibu. "Sudahlah, memang sudah takdirnya Junkai kalo begini." Ujar ayah, maksudnya mencoba menenangkan ibu, namun apa daya ibu malah semakin meraung.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️
FanfictionKetika dalam satu keluarga kakak beradik menempuh karir yang sama namun terpisahkan jarak dan negara. kira-kira siapa yang lebih terkenal? dan apa problem di balik mereka? Junkai x Renjun bahasa semi baku short story