Aku dapat melihat tubuh kecil dengan bahu nya yang seperti anak perempuan mendekatiku.
Akhirnya anak itu menunjukan batang hidungnya, setelah berjam-jam aku di temani oleh si cerewet Chenle.
"Mau apa kau kesini?"
Wow... Lihat... Anak kurang ajar ini benar-benar tak tahu sopan santun.
Aku terkekeh yang melihatnya menatapku dengan tajam,walau ku tahu lengannya bergetar hebat. Air mukanya pun menunjukan ketakutan hanya saja ia tutupi.
Aku mengulurkan sebuah kantung plastik berukuran sedang, itu berisi makanan yang aku beli di minimarket terdekat.
"Janganlah tidak sopan begitu, aku Gege mu." ujarku masih terus mengasongkan kantung belanjaan itu dengan menunjukan senyum ku.
Renjun tetap terdiam. Ia sama sekali tidak bergerak untuk mengambil kantung yang aku berikan.
"Kenapa hanya di lihat? Ambilah... Aku membelikan makanan untukmu."
Namun ia masih tetap berdiam menatapku dan sesekali menatap kantung plastik ini.
Aku mulai merasa jengkel dibuatnya. Tapi aku tahu ini tempat umum dan mata elangku menangkap beberapa objek yang diam di sudut-sudut tempat memperhatikan kami.
Renjun membuka mulut nya dan menatap ku."Aku tidak mau."
Brengsek.
Aku sudah tidak bisa memaksakan senyum menawanku. Mendengar ucapan anak bangsat ini hanya membuatku menyunggingkan sebelah bibirku keatas.
Renjun masih terus menatapku. Pupilnya yang bergetar aku tahu sebenarnya dia takut, dan dengan bentakan sedikit saja ia akan menurutiku.
Tapi ingat kembali, aku dan anak setan ini sedang berada di tempat terbuka. Tidak bisa aku dengan seenaknya membentak nya, yang ada mungkin Sasaengku menangkap kejadian itu dan sasaeng bocah ini juga dan mungkin paparazi juga.
Sungguh tidak baik untuk image ku.
Aku menghela nafas kasar,menyibakkan anak rambutku kebelakang. Aku lupa memakai hair gel, rambutku jadi sangat jatuh.
"Apakah mama mengajarkan untuk tidak menghormati yang lebih tua?" tanyaku dan berbalik menatapnya.
Yang ditanya hanya terdiam dengan netranya yang terkejut.
"Aku rasa tidak. Atau mungkin kau saja yang tidak punya sopan santun?" tekan ku lagi.
Renjun menunduk dan aku dapat melihat ia meremat kepalan tangan kanannya.
"Ayolah... Aku membelikan mu ini karna khawatir dengan mu tadi." ujarku lagi semakin ingin memanasi dia.
"Setidaknya aku menjadi kakak harus bertanggung jawab, sudah membuat adiknya pingsan diatas panggung dan membuat semua orang panik."
"Sungguh tidak profesional bukan?"
Renjun masih diam, kepalanya terus menunduk membuatku tidak dapat melihat wajahnya. Namun dapat kupastikan ia sedang menahan amarah dari kepalan tangannya.
Aku terkekeh melihatnya, sudah lama rasanya tidak 'bermain' dengan adik kecilku ini. Rasanya aku benar-benar tidak tahan.
Ku ulurkan tangan kiriku meraih puncak kepalanya mengusap pelan surainya yang berwarna semi golden ini.
"Akh!"
Renjun meringis setelah kutarik ubun rambutnya, jambakkan ku membuat ia mendongkak kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️
Fiksi PenggemarKetika dalam satu keluarga kakak beradik menempuh karir yang sama namun terpisahkan jarak dan negara. kira-kira siapa yang lebih terkenal? dan apa problem di balik mereka? Junkai x Renjun bahasa semi baku short story