..... (Junkai)

1.8K 273 14
                                    

Kepalaku dirasa penat setelah berdiskusi panjang dengan manager dan siapa dia? Petinggi agensi kah?. Tentu saja mereka tidak merelakan Renjun begitu saja.

Tapi mereka bukan alasan satu-satunya mengapa kepalaku dirasa begitu penat.

Ponselku sedari tadi berdering tanpa henti,sekilas aku melihat pesan dari Ibu kemudian Yuan dan Qianxi, bahkan manager grupku.

Aku belum bisa membalas atau pun membaca pesan tersebut satu-persatu, mungkin ada sebuah pekerjaan mendadak yang harus aku penuhi. Maka aku akan memesan tiket pulang ke Beijing kalau begitu.

"Junkai-ssi sebaiknya di lihat dulu ponselmu, tak apa kami persilahkan." Pria tua itu berbicara padaku menggunakan bahasa korea. Aku paham tentu paham hanya aku tidak ingin mempelajari bahasa nya saja.

Akupun melihat ponselku dan membaca pesan paling atas dari Yuan.

Kemana kau? Ada berita gawat dan kau menghilang!?

Qianxi
Hey tua! Angkat telfon dari ibumu!

Manager
Kau harus pulang, ambil penerbangan hari ini a....

Mama
Mama tidak tahu harus bagaimana
Angkat telfonnya

Aku mempunyai firasat tidak enak tentang pesan dari ibuku sehingga aku membuka pesannya pertama.

Aku terdiam sesaat setelah membacanya. Dadaku langsung terasa Sesak dibuatnya.

Papa mengalami kejang dan tidak sadarkan diri, dokter bilang tubuhnya sudah menolak cuci darah kali ini. Harapan hidupnya semakin kecil. Mama tidak tahu harus bagaimana Junkai.

Kalimat itu terus menghantuiku,aku terdiam beku menatap layar ponselku yang sudah padam. Pikiran ku kalut, aku mulai memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

Aku takut

Aku takut jika itu terjadi dan aku tidak sempat memenuhi keinginan terakhirnya.

Aku takut menjadi anak yang gagal.

Tanganku terus bergetar,deru nafasku semakin tak karuan. Aku bingung harus bagaimana. Aku harus kembali tapi tidak sendiri, aku harus kembali bersama Renjun tapi anak itu bahkan lebih sulit dibanding menggiring domba.

Aku meletakkan ponselku diatas meja. Seseorang dari mereka mulai berbicara namun aku tidak dapat mendengar sepenuhnya, yang aku tangkap hanyalah mereka tetap tidak menerima keputusanku dan ingin menyelesaikan dengan jalur Hukum.

Persetan! Aku sudah tidak bisa berfikir panjang lagi! Mau itu jalur hukum kek!, boikot kek! Aku tidak peduli . Anak ini Harus pulang, ia harus tahu ada seseorang menderita karnanya!

Aku yang masih bergelut dengan fikiranku sendiri tersadar oleh Dentuman keras pintu yang dipaksa Terbuka.

"APA KAU GILA? HAK APA KAU MEMUTUS KONTRAK KU!"

Teriakkan nya memenuhi Ruangan ini,anak itu tanpa tahu malu tantrum di hadapanku dan petinggi agensinya.

Aku menghela nafas mengatur emosiku yang bercampur aduk walau lebih berat dirasa ingin menangis "Jika memang akan mengambil jalur hukum saya akan menyediakan pengacara." Ucapku sedikit bergetar menahan tangis.

Pilihanku benar bukan? Aku harus membawa adikku ini pada ayahku meski mengorbankan keinginannya?

Iya aku yakin, harus yakin bahwa keputusanku tepat. Aku adalah anak pertama dan aku harus menjadi contoh dan panutan semua.

"Aku mohon jangan..." suara isakan Renjun kini terdengar ditelingaku, aku memandangnya dan ia jatuh berlutut didepanku.

Manager dan pria tua hanya memandangnya iba. Bahkan aku dapat mendengar pria tua itu berbicara. "Pikirkan lagi Junkai, kau harus memikirkan perasaan Renjun pula."

IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang