"Lihatlah dia lincah sekali." Ibu begitu tersenyum melihat Renjun kecil yang yang sangat aktif bergerak kala lagu dimainkan.
"Adikmu lucu ya." Ujar sang ayah pada anak sulung yang berada di pangkuannya menggenakan baju toga ukuran anak. Junkai.
Bocah 4 tahun itu menggerakkan pantatnya ke kiri dan kanan dengan menggemaskan mengikuti irama musik. Renjun kecil, sesekali memegang kepalanya dan turun ke kaki sesuai urutan dari lirik lagu Tou Jianbang ( Head to Toe ). Ia begitu percaya diri, bahkan gerakannya yang paling benar dibandingkan anak yang lain.
Junkai yang melihatnya hanya terdiam, mengemut jempolnya yang baginya terasa lebih nikmat dibanding permen manapun.
Sorak sorai tepuk tangan dari berbagai orang tua memenuhi ruangan kelas yang tak begitu besar ini. Ayah menurunkan Junkai dari pangkuannya menyuruh si kakak untuk bertepuk tangan pada adiknya.
Tanpa memahami apapun ia melakukan apa yang diminta sang ayah.
Kaki kecil Renjun berlari kearah wanita yang selalu tersenyum melihatnya itu, seraya berteriak "Mama!" Tangan mungilnya melebar mengharapkan pelukkan.
"Anakku pintar." Ujar mama memeluk Renjun dan mengusap surai hitam lebat nya itu. Junkai hanya menatap ibu dan adiknya. "Sini, gege juga jagoan mama yang hebat." Ibu menarik anak sulungnya itu dan memeluk kedua putranya.
"Bagaimana Junkai, adikmu sudah menampilkan penampilan bagus kan diacara perpisahan mu?"tanya ibu dijawab anggukan bersemangat Junkai.
Junkai mengacungkan jempolnya pada Renjun "Adik ku hebat!" Gumamnya lalu memeluk adik satu-satunya itu. Renjun membalas pelukkan sang kakak dengan perasaan senang sepolos bocah pada umumnya.
"Tuan Wang, selamat karna Junkai sudah menjadi anak yang pintar." Seorang guru wanita yang usianya mungkin lebih muda dari ayah, menghampiri keluarga kecil nan bahagia itu. Guru tersebut memberikan sebuket bunga pada Ibu. "Selamat nyonya Huang." Ujarnya dengan senyuman, tak lupa memberikan selembar sertifikat pada ayah.
"Junkai adalah yang paling cerdas diantara yang lain. Ia sudah bisa menulis abjad yang sulit dan perhitungan nya." Ayah membuka sertifikat itu dan sebuah huruf 'A+' adalah hal yang pertama terlihat.
"Nilai ini bisa menjadi rujukan Ke tingkat sekolah dasar, saya yakin Junkai bisa memasuki Sekolah walaupun usianya belum genap 6 tahun." Jelas sang guru, ibu tersenyum bersama ayah melihat laporan Akhir Junkai.
Sementara kedua kaka beradik ini saling menggengam tangan melirik kedua orang tua mereka dalam kebingungan. Guru itu berjongkok dan memberikan sekotak susu strawberry pada Renjun "Dan untuk adik kecil Renjun. Selamat sudah naik kelas ya." Senyumnya, mengusap surai Renjun dengan lembut sedangkan sang anak sudah menyesap susunya dengan semangat.
"Bu guru..." kali ini si sulung bersuara, guru muda nan cantik itu memfokuskan maniknya pada murid kesayangan nya.
"Apa aku tidak akan kesekolah lagi?" Tanya Junkai dengan polos membuat sang guru terkekeh seraya mengusap pucuk kepala Junkai."Sekarang hanya Renjun yang tetap sekolah disini, Junkai sudah harus naik ke sekolah dasar." Jawabnya penuh kasih sayang.
Junkai hanya menggengam tangan adiknya. "Lalu Renjun dengan siapa disini jika tanpaku?"
"Tentu Renjun bersama teman-temannya."
Junkai kecil mengerjapkan mata, mengalihkan pandangan pada sang adik yang masih asik menyedot susu.
"Kau tidak apa-apa tanpa gege?" Tanyanya pada Renjun. Si kecil berusia 4 tahun itu baru paham bahwa mulai nanti ia akan sendirian di taman kanak-kanak hingga dengan cepat menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️
FanfictionKetika dalam satu keluarga kakak beradik menempuh karir yang sama namun terpisahkan jarak dan negara. kira-kira siapa yang lebih terkenal? dan apa problem di balik mereka? Junkai x Renjun bahasa semi baku short story