Story 2

2K 274 34
                                    

Juli , 2013

Makan malam keluarga kali ini begitu hening bagi Renjun, padahal semua anggota keluarga nya ada dalam satu meja. Namun yang ia rasakan adalah kesunyian dan hanya dentingan dari beradunya sumpit dan mangkuk.

Disisi lain keheningan saat makan bersama keluarga ini menjadi moment menghangatkan bagi Junkai, karna ini adalah hari terakhirnya berada di rumah.

Oh,bukan... Junkai tidak di usir tapi satu bulan lagi dia akan debut, dan mau tidak mau ia harus tinggal di asrama bersama dengan member grupnya.

Sedari tadi Junkai makan sambil terus menahan senyum di mulutnya, ia sangat bahagia perjuangan trainee nya akan segera berakhir dan sang ibu memasak makanan favoritnya setelah sekian lama tidak pernah menuruti keinginannya.

"Makan yang banyak, kau butuh tenaga lebih nak." Sebuah lauk mendarat diatas mangkuk nasi Junkai. itu sang ayah yang memberikannya.

Junkai hanya tersenyum sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.

"Apakah baju mu sudah di packing semua?" Tanya sang ayah yang dijawab anggukan Junkai.

Sang ayah tersenyum penuh kebanggan di wajahnya pada Junkai,kemudian ia mengusap pucuk kepala anak sulungnya tersebut.

"Tidak kusangka kau bisa tumbuh dan berhasil seperti ini."

Berbeda dengan sang ibu yang sedari tadi diam,Renjun memperhatikan ibu nya yang seolah engggan menatap sang kakak.

Renjun berfikir apakah ibunya sedang menahan emosinya? Yang padahal sebenarnya ibu nya sedang sangat terharu?.

Tapi mengapa raut wajah ibu begitu muram? Alis ibu begitu tertekuk dan lengkung bibirnya begitu menungging kebawah.

Ah iya dan wajah ibu begitu merah padam.

"Gege... kau akan pulang setiap minggu kan?" Entah mengapa Renjun menanyakan hal itu.

"Iya akan aku usahakan..." jawab Junkai begitu singkat.

Percakapan singkat kakak beradik itu kembali hening, kedua orang tua merekapun sama-sama diam. Tapi keheningan ini yang sangat disukai kakak beradik itu.

Ke khidmatan makan itu kemudian terintrupsi oleh suara sang ibu yang memecah keheningan, sekaligus kedamaian.

"Bagaimana kalo Junkai tidak usah melanjutkan kontrak debut itu dan kembali hidup normal saja."

Perkataan yang sangat pas untuk merusak suasana ditengah heningnya makan malam. Junkai berusaha sebisa mungkin tetap tenang dan tidak terkendali emosi walaupun jauh dilubuk hatinya... tunggu iya dalam sekali hati nya sudah hancur mendengar ucapan sang ibu.

"A-apa maksud ibu?"

"Kita sudah tanda tangan kontrak tidak bisa membatalkan begitu saja." Sang ayah mengintrupsi Renjun yang sudah terkaku-kaku mendengar ucapan ibunya.

"Tapi aku benar-benar tidak setuju!" Bariton ibu mulai meninggi,sedikit membuat Renjun terkejut dikala ia minum dan Junkai sudah mengetikkan beberapa pesan di ponselnya.

"Mau sampai kapan kau tidak setuju? Dia berhasil! Dia akan debut agustus nanti!" Kali ini sang ayah sama-sama meninggikan suaranya.

"Apa kau tidak lihat? Bagaimanapun Junkai belum pantas untuk debut!"

"Kau bukan Ceo agensinya! Jika dia terpilih artinya dia pantas untuk debut!"

"DIA TIDAK PANTAS UNTUK DEBUT APA KAU TAU? BAKAT ALAMINYA HANYA BENAR-BENAR DIBIDANG ILMU PENGETAHUAN BUKAN MUSIK, BAHKAN UNTUK BERNYANYI PUN SUARANYA SANGAT SUMBANG!"




IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang