Regret (Renjun)

1.7K 232 22
                                    

Sejak beberapa hari yang lalu dimana aku dan yang lain melihat Junkai, Aku tidak dapat menemukannya lagi. Rasanya menyesal saat itu aku tidak dapat mengejarnya.

Padahal aku sangat ingin mengejarnya dan jika bisa aku ingin menghantam wajahnya sekali saja sebelum aku meminta maaf.

"Kau masih memikir kan Junkai?" Segelas cup Teh dingin menempel di pipiku. Jaemin, ia baru saja kembali setelah keluar untuk membeli kopi.

"Terimakasih." Ujarku mengambil Cup yang ia serahkan. "Tidak, tidak sedikitpun aku memikirkannya."

"Pembohong."

Aku melirik Jaemin sedikit terkejut dengan ucapannya. "Aku tidak bohong." Serggah ku, namun Jaemin hanya terkekeh dengan senyuman sinis nya.

"Jika kau tidak memikirkan nya seharusnya kau sudah menyelesaikan gambaranmu itu." Ucapnya menunjuk ipadku dengan dagunya. Aku melirik layar ipadku. Gambar pemandangan bukit dengan pohon satu-satunya itu benar-benar belum selesai.

Terlebih lagi Warna langitnya yang belum selesai.

"Iya kau benar, aku memikirkan dia." Akui ku masih terus memandang layar ipad. "Aku tidak mengerti mengapa ia kabur....? Apa itu bisa dikatakan kabur?" Tanyaku pada Jaemin yang sekarang sedang bercermin pada cermin studio dance ini.

"Jika sampai orangtua mu tak tau itu artinya kabur." Jawabnya menyesap kopi pahitnya.

"Iya itu. Aku benar-benar tidak mengerti apa tujuannya lari seperti itu? Sebenci apapun ia pada ibu ia akan tetap memberikan kabar padanya."

"Aku baru tau ia membenci ibumu." Ucap Jaemin membuatku menilik kearahnya

"Konyol sebenarnya... seperti aku membenci ayah yang terlalu menganak tirikanku, dia pun membenci ibu karna menganak tirikannya." Jawabku dibalas gelengan kepala Jaemin "Hidup kalian terlalu di buat rumit."

Aku memandang wajah santainya itu,netra kamu saling berpandang "Kau tahu? Jika kalian saling membenci ibu atau ayah, brarti kalian menyayangi keduanya atau salah satunya." Jelas jaemin.

Aku memandang sinis Jaemin, apa maksudnya? Konyol sekali.

"Benci artinya cinta, Renjun." Ujarnya seolah membaca fikiranku. "Artinya sebenarnya ada yang kakakmu tutupi dari drama kaburnya ini." Ucapnya kembali menyesap kopi nya itu.

Aku masih memandang lelaki bermarga Na ini. "Jika sayang kenapa kabur?" Tanyaku

"Banyak kemungkinan." Jaemin menatapku dalam, seolah dia mengerti atau paham hal seperti ini.

Ah...

Tunggu...

Tentu saja ia paham.

Dulu ia pernah kabur juga kan?

"Jadi maksudmu kakakku sedang melakukan sesuatu?" Aku sedikit bertanya dengan ragu, tidak bisa aku menyamakan sengan kejadian Jaemin tentu saja.

"Kabur sebenarnya adalah kegiatan yang melakukan sesuatu." Sarkasnya membuatku mendengus.

"Iya maksudku, dia kabur dalam rangka apa? Kebebasan?" Aku kembali menjawab dengan sarkas.

Jaemin menggertakan giginya dan menghentikan kakinya "jangan sama kan dengan kasusku!" Aku hanya tertawa meledeknya. "Tentu saja kakakku bukan type kabur dari tanggung jawabnya Na Jaemin."

Jaemin melempar sebelah sepatunya padaku tapi meleset, membuatku semakin tertawa keras.

"Bercanda-bercanda maaf!" Ucapku di sela tawa dan memeluknya.
"Kau ini kalau sudah menyindir kelewatan sekali." Keluhnya melepas pelukkanku.

IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang