"Ah... mataku." Aku mengeluh ketika melihat pantulan wajahku di cermin. Kedua mataku sangat bengkak,bahkan aku kesulitan untuk membukanya.
Sekali lagi aku membilas seluruh wajahku dengan air yang mengalir,merendamkan mata beberapa detik. Sedikit terasa menyegarkan.
"Renjun..." bariton berat terdengar di balik Pintu, itu Jeno. Mungkin dia mau menggunakan Kamar mandi. "Ya?" Sahutku sekedar memberi sinyal bahwa aku masih di dalam.
Tanpa permisi Jeno membuka pintu kamar mandi, ini kebiasaan burukku yang selalu lupa mengunci pintu. Ia melihatku kemudian tertawa sangat terbahak-bahak. "Apa-apaan matamu itu?" Sungutnya sembari menunjuk kearah mataku, membuatku kesal.
"Tidak biasanya kau sangat lama di kamar mandi,ku kira kau bunuh diri." Ujarnya disela tawa menyebalkan itu, aku mendecik sinis kearahnya "Aku masih ingin hidup untuk apa mati." Sungutku. Lee Jeno tetap mentertawakanku.
"Udah kan pake kamar mandinya? Sekarang keluar." Jeno mendorong bahuku keluar kamar mandi, ia nengusirku begitu saja padahal aku belum sempat menjawab.
Dentuman pintu kamar mandi sedikit menggemparkanku, disusul dengan suara kucuran air keran yang lelaki itu nyalakan. "Kompres matamu dengan es batu di kulkas! Kita ada busking di jalan Cheongdam-go." Gemanya dari dalam.
Terimakasih atas pemberitahuannya Lee Jeno. sekarang aku panik karna baru teringat akan ucapanmu itu.
Aku berlari kearah dapur dan membuka kulkas bagian freezer, mengambil beberapa cube ice yang langsung ku tempelkan pada kedua mataku.
"Aish! Dingin!" Keluhku dirasa kelopak mata dan jari ku mulai mati rasa karna beku.
Seorang Huang Renjun mengawali pagi dengan sangat konyol. Rasanya aku menyesal menangis semalaman jika akhirnya seperti ini. Tapi jujur esbatu yang ditempelkan langsung ke mata itu sangat nikmat.
"Ya Hyung! Kau mengagetkanku!" Suara gema membuatku terperanjat karna kaget, sampai kedua cube es yang kutempelkan ini terpental lepas dari tanganku karna suara dari Park Jisung.
Aku mengusap kedua mataku yang basah dan menatap Jisung yang berada di lorong antara dapur dan ruang tv "Kau yang lebih mengejutkanku." Ucapku sebal dan melihat 2 balok es itu sudah berada di wastafel.
Jisung menghampiriku seraya duduk di meja makan menghadapku. "Kau sedang apa?" Tanyanya yang melihatku kembali kearah kulkas mengambil beberapa balok yang baru.
"Untuk apa es batu itu?" Tanyanya lagi. "Kenapa kau menaruhnya dimata?"
Astaga Park Jisung dia banyak sekali bertanya seperti anak 5 tahun.
"Mataku bengkak." Jawabku singkat yang kurasa cukup mewakilkan jawaban dari semua pertanyaanya.
"Eih... jika manager tau,kau akan habis hyung." Ujarnya. Aku tidak dapat melihat apa yang dilakukannya karna aku sudah kembali mengompres mata bengkak ku.
Yang kudengar hanya langkahnya yang mendekat dan suara pintu kulkas terbuka. "Ponsel mu dimana hyung?" Pertanyaan yang dapat aku tau maksud nya.
Iya dia pasti ingin meminjam ponselku san menginstall game di dalamnya. Aku terkekeh "Chenle tadi dia minjem." Sahutku "Loh kok di dia?"
Aku menaruh es cube ku dan mengerjapkan sedikit sebelum menatap Jisung "Menurutmu?" Kataku dengan menaikkan sebelah alis dan sedikit menyunggingkan senyum. Pelan tapi pasti aku dapat melihat senyuman dari anggota termuda ini mulai merekah.
"Asssa!" Girangnya, langsung berlari meninggalkanku begitu saja "Hei jangan ribut kalo manager tahu ponselnya bisa diambil!" Tegurku karna hentakan kaki Jisung cukup membuat gaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️
FanfictionKetika dalam satu keluarga kakak beradik menempuh karir yang sama namun terpisahkan jarak dan negara. kira-kira siapa yang lebih terkenal? dan apa problem di balik mereka? Junkai x Renjun bahasa semi baku short story