Childhood but...

1.4K 205 12
                                    

"Biaya apalagi ini!?" Gema suara ayah begitu terdengar saat Junkai baru saja memasuki rumah.

Kakinya dengan pelan melangkah maju berharap tidak mengganggu perdebatan orang tuanya.

"Ini untuk biaya tambahan kelas sehingga Renjun memiliki kelas di hari sabtu dan minggu." Kini suara ibu yang terdengar.

"Apa kau gila? Kapan anak itu beristriahat jika mempunyai kegiatan satu minggu penuh!"

"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengasah bakatnya sayang, modern dance dan ballet adalah dasar. Aku ingin ia menambah kelas vokal karna suaranya sangat merdu."

Junkai yang hendak memasuki kamarnya terdiam dan memilih menjadi penguping antara orang tuanya. Baginya pembicaraan ini cukup menarik.

"Dia baru berumur 8 tahun suaranya bisa berubah saat dia puber, bagaimana kau tahu dia memiliki vokal yang bagus!" Ayah dengan suara tegasnya sudah menunjukkan perasaan kesal. Tapi ibu dengan yakin menggengam tangan ayah dan mengusapnya "Maka dari itu sayang, kita harus melatih vokalnya agar stabil sehingga menjelang puber tidak akan berpengaruh banyak."

Dengan frustasi ayah mengusak kepalanya dan mendesah keras "terserah kau saja. Kau menyuruhku untuk bekerja sampai mati begini caranya." Ayah pergi meninggalkan ibu. Junkai masih berdiam diri di depan pintu kamarnya hingga ibu menyadari kehadirannya.

"Kau sudah pulang dari tadi?"tanya ibu berusaha tersenyum dan menghampiri anak pertamanya itu. Junkai mengangguk dan sedetik kemudian ibu mengulurkan tangan kanannya.

Junkai paham hingga ia membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan selembar kertas ulangan hari ini. "Sempurna, kau memang anak ibu yang pintar sayang." Ibu tersenyum bangga melihat hasil ulangan itu dan mengelus sekilas pipi Junkai lalu pergi meninggalkan Junkai.

Dipandanginya beberapa kertas ulangan hasil dirinya itu. Angka 100 terpampang jelas, namun entah mengapa tidak ada perasaan bahagia dalam hati Junkai. Rasanya ia tidak dianggap keberadaan nya di rumah ini.

-o-

"Aku lelah..."

Renjun tiba-tiba mendobrak pintu kamar Junkai begitu saja dan melemparkan dirinya diatas kasur si kakak. Junkai yang sedang mengerjakan tugasnya mengrenyit kesal dengan sikap adiknya.

"Kau punya kamar sendiri, pergilah ke kamarmu." Tegasnya namun diabaikan Renjun

"Tidak mau."

"Ibu akan menarikku keluar untuk kelas pelatihan selanjutnya,jika aku berada dikamarku." Jelas si bungsu, menenggelamkan kepalanya di antara bantal.

Junkai berusaha bersikap tidak peduli dan kembali berkutat dengan tumpukkan buku. Lain halnya dengan Renjun, saat ini ia sangat ingin mengutarakan segala keluh kesahnya pada sang kakak. Yang ia rasa bisa menjadi tempat pelampiasannya.

"Aku iri padamu."

"Kau hanya belajar di rumah tanpa perlu adanya kelas tambahan seni sepertiku."

Junkai tidak memberikan respon,ia masih fokus dengan pulpen dan bukunya.

"Gege tau? Aku hanya punya waktu istirahat 8 jam sehari. Sisanya aku harus kesekolah lalu kelas ballet,kelas dance sekarang vokal."

"Aku ingin bermain seperti yang lain."  Keluh Renjun, masih menatap punggung sang kakak berharap kakaknya itu dapat memberikan kata-kata semangat untuknya.

Namun bukannya kalimat penyemangat,Junkai dengan dinginnya memberikan kata-kata yang membuat Renjun tertegun.

"Bukanya kau yang ingin kelas tambahan seperti ini?"

IDOL [NCT Dream & TFBoys FF] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang