04. Sekarang Aku Melihatmu

3.2K 395 157
                                    

Tahun pertama SMA, Chuuya masih bisa bertahan dengan sikap pamannya yang tidak bermoral. Kekerasan yang dia alami masih tertahan sehingga pikirannya masih bisa fokus ke dalam pelajaran. Odasaku selalu baik, bahkan setelah mereka tidak bertemu sekian lama pria itu masih membantunya di pelajaran sulit.

Tapi kali ini, tahun kedua, sebuah harapan yang sudah menjadi abu muncul. Dazai datang ke kehidupan Chuuya, namun benar-benar tidak menyenangkannya. Harapan itu justru menjatuhkan dan mendorongnya lebih dalam ke keputusanasaan. Chuuya merasa tidak ingin bergerak. Tidak ingin kembali ke kelas. Tidak ingin kembali ke rumah. Tidak ingin bertemu siapa siapa. Dia hanya ingin menghilangkan rasa sakit di dada bahkan jika harus menghapus seluruh keberadaannya.

"Chuuya-san?" suara itu terdengar dari jendela UKS.

"Tachi..hara?" Chuuya melirik, "apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku lupa membawa tugas prakarya dan Kajii-sensei menyuruhku memungut sampah di sekitar gedung."

"Oh, kejam sekali."

Pemuda bersurai brick itu tertawa lebar. "Chuuya-san sendiri? Sedang tidak enak badan?"

"Umm.. Ya, begitulah."

Tachihara Michizou salah satu dari sedikit orang yang terbilang akrab dengan Chuuya. Dia masih kelas 1, adik kelas Chuuya di SMP dan melanjutkan SMA yang sama dengan Chuuya karena pilihan keluarganya.

Anak itu baik, dia sering membagi bentonya dengan Chuuya walau tidak diminta. Terkadang ia mengajak Chuuya menemaninya ke kota untuk membeli sesuatu, atau bertanya beberapa mata pelajaran yang tidak dimengerti. Chuuya sering menumpang di rumah Tachihara karena ia hanya tinggal dengan nenek dan sepupu perempuannya.

Tachihara tidak pernah meminta pamrih, dia juga tidak pernah mencampuri urusan Chuuya. Walau melihat lebam yang kadang tampak, pemuda itu menahan rasa penasaran dan bungkam.

"Oh iya, Chuuya-san."

"Hm?"

"Ada kue mochi yang ingin dicicipi Kyoka-chan. Kalau kau tidak sibuk nanti malam, apa bisa aku minta tolong menemani membelinya?"

Untuk kali ini sejujurnya Chuuya tidak ingin membantu. Ia sangat letih. Tubuhnya seperti habis diterpa badai dan kepalanya masih berputar-putar.

"Kalau kondisiku sudah baikan," ucapnya jujur. Dia tidak ingin memaksakan diri lalu pingsan di tengah jalan dan merepotkan juniornya itu. "Bangunkan aku saat lonceng pulang."

"Baik." Tachihara tidak bertanya, dan tidak menghujat kenyataan Chuuya yang membolos hampir seharian. Yah, dia tidak tahu kalau Chuuya memang bolos seharian. Tidak lama manik jernihnya melihat sosok kecil itu, suara dengkuran halus terdengar.

"Kalau dilihat dari posisi ini tanpa blezer, Chuuya-san kurus sekali," pikirnya.

-0-0-

Sesuai permintaan, Tachihara membangunkan Chuuya selembut yang ia bisa ketika bel pulang sekolah selesai berbunyi.

"Chuuya-san, kau sudah baikan?"

Belum. Chuuya lupa dia belum makan nasi dari kemarin malam dan sekarang kepalanya malah semakin sakit. Perutnya melilit dan mual. "Apa kau punya sesuatu untuk dimakan, Tachihara?" tanyanya.

Spring FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang