Chuuya tidak malukan apa-apa selain duduk dengan jantung berdebar dan perasaan campur aduk menunggu Dazai bergabung dengannya dalam keheningan canggung di meja makan.
Setelah apa yang terjadi, yang dia alami, keraguan menggumpal begitu hitam di dadanya sejak Dazai menginjakkan kaki di teras beberapa menit lalu. Mungkin akan lebih baik jika rumah ini punya dua kamar, atau Chuuya punya dua futon. Dia tidak pernah mengira akan ada yang menginap, terlebih lagi Dazai Osamu.
Betapapun kerasnya Chuuya berusaha meyakinkan diri untuk melangkah maju, sebuah kecanggungan yang terbentuk antara hatinya dan hati Dazai begitu sesak dan aneh. Tidak seperti mereka akan terdiam saling menanti suara, namun pasti begitu banyak mereka akan membicarakan hal yang tidak ingin mereka bicarakan.
Permintaan Dazai bukanlah sekadar mencari tempat menginap, namun lebih. Chuuya tahu pemuda itu tengah mencari seorang tambatan, mencari sebuah tali yang pernah ia lepas dan ingin ia raih kembali untuk menyelamatkan dunianya dan dunia Chuuya. Namun sekali lagi, Chuuya tidak siap untuk perbaikan. Chuuya lebih memilih hancur dan terbenam.
"Pakaian siapa ini?"
Indra Chuuya segera menoleh ke pemuda berambut kopi basah yang mendekat. Ia mengenakan kaos pendek dan celana olahraga panjang yang pas-pasan di kaki. Dengan sebuah kesedihan di matanya, ia menarik kursi dan duduk tepat di depan mata biru Chuuya.
Melihat sosok yang selalu berada di kepalanya, sungguh berbeda tanpa perban. Dulu memang Chuuya yang lebih sering menyentuh langsung kulit tubuhnya yang penuh luka, mendengarkan kisah Dazai yang disiksa orangtua kandungnya. Lalu Chuuya akan mendaratkan ciuman di surai coklat lembut itu sebelum merengkuh dengan kedua lengan kurusnya.
Namun semua berbeda sekarang. Ketika melihat semua bekas luka terlukis pada otot yang disembunyikan perban, pertama-tama, Chuuya tidak bisa menahan semu. Kedua, dia tidak bisa menahan ombak penyesalan di dasar sepasang safirnya. Chuuya beruntung. Sungguh, menjadi anak yang dibuang di depan panti asuhan ketika bayi tanpa tahu siapa ayah dan ibu kandung, lebih baik daripada mengetahui kalau ayah dan ibu kandungnya adalah monster yang ingin anaknya mati. Chuuya beruntung. Ia diadopsi oleh pasangan yang ingin melihat anaknya bahagia, bukan pasangan yang ingin bahagia menggunakan anak mereka.
"Apa yang kau pikirkan, Chuuya?"
Suara lembut Dazai seakan menyuruh Chuuya kembali ke kenyataan dan menjawab pertanyaannya.
"Baju Tachihara." Alis coklat tipis naik seakan bertanya. "Aku sering ke rumahnya, di sana ada bajuku, disini ada bajunya." Ia menjawab jujur karena untuk apa berbohong?
"Jadi Chuuya berpacaran dengannya?" Kini giliran alis Chuuya yang terangkat.
Untuk kesekian kalinya malam ini, Dazai mengajukan kalimat yang tidak pantas. Hubungan Chuuya, percintaannya, mimpinya, Dazai bukann lagi orang yang mendapat bagian untuk ada di tiap kisah perjalanan hidup Mentari itu. Dazai akan tetap menjadi cerita masa lalu, Dazai akan tetap menjadi sebuah awan teduh yang begitu indah di musim panas lalu hilang dan tidak ada yang peduli lagi dimana keberadaannya.
"Kami teman."
Tampak seperti tidak ingin menggores luka belati di kekecewaan Dazai, Chuuya menjawab dengan nada sebiasa mungkin. Memang, ia mencoba membuka hatinya untuk Tachihara walaupun berat melupakan Dazai yang tidak tergapai. Tachihara Michizou adalah pria yang manis serta tidak menuntut. Ia menyukai Chuuya sedari dulu dan ia tidak lagi menyembunyikannya, namun tetap menjaga perasaan Chuuya yang masih terjebak pada sang cinta pertama, Dazai Osamu.
Tachihara beberapa kali ke sini untuk belajar, kadang pula bersama Kyoka untuk bermain. Pria itu tahu bagaimana harus bersikap pada seseorang yang ia cintai namun tidak mencintainya. Ia tidak pernah memberi Chuuya perhatian berlebih juga tidak pernah meminta, ia tidak menuntut dan mendesak Chuuya berperilaku seperti seorang yang ia sukai. Dia benar-benar mengerti luka sebab cinta yang bersarang di hati Chuuya dan tidak berniat mengusiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Falls
FanfictionDazai egois dan Chuuya bodoh. . . --Ongoing . . Bungo Stray Dogs adalah milik Asagiri Kafka dan Harukawa Sango. Author tidak mengambil keuntungan apapun dari fanfiction ini.