03. Ketika Matahari Bersinar, Kau Menggenggam Tanganku dan Tertawa

3.2K 417 117
                                    

Dazai dan Chuuya berasal dari panti asuhan. Sejak kecil mereka selalu bersama. Dazai membutuhkan Chuuya, dan Chuuya hanya menginginkan Dazai. Mereka hidup bahagia, sangat bahagia.

Sampai datang berita sepasang suami istri yang ingin mengadopsi Dazai.

Di sebuah panti asuhan, saat ada anak yang mendapatkan orangtua asuh, wajar jika anak lain merasa iri bukan? Namun Chuuya berbeda. Ketika mama asuh mengatakan Dazai akan mendapatkan hak adopsi, ia malah tertawa, tersenyum, lalu memeluk Dazai dan mengatakan, "akhirnya kau bisa punya ayah dan ibu."

Tapi bagi Dazai ucapan syukur itu bermakna lain yang tidak Chuuya pikirkan. Dia kecewa karena berpikir kalau Chuuya senang berpisah dengannya. Malam itu, Dazai kecil mengurung diri di kamar. Ia benci Nakahara Chuuya. Ia benci.

Keesokan hari orang tua angkat Dazai datang. Mereka pasangan dokter yang kaya namun tidak dikaruniai buah hati. Kabar tentang seorang anak dengan tingkat kecerdasan tinggi menarik perhatian mereka. Namun Dazai masih tidak terima.

"Kenapa kau mengatakan hal itu? Kenapa kau tidak sedih ketika kita akan berpisah? Kenapa kau malah tertawa? Aku tidak mau! Aku tidak mau kalau tidak sama Chuuya!"

Chuuya terhentak.

Ia berusaha meraih Dazai namun tangan mungil itu menepisnya. "Hei..." Dazai terisak.

"Bukannya aku senang kita berpisah. Sungguh, kalau bisa aku ingin terus bersamamu di panti asuhan ini." kini Dazai tidak lagi menepis tangan kecil yang mengelus pipinya. "Tapi punya ayah dan ibu itu menyenangkan bukan? Kau bisa melakukan apapun nanti."

"Tidak ada gunanya kalau tidak ada Chuuya."

"Jangan begitu," Chuuya memeluknya. "Kalaupun kita berpisah, aku akan tetap menyayangimu. Jadi sekarang, kau harus jadi anak baik dan kembali untukku nanti, oke?"

"Chuuya akan menungguku?"

"Iya. Akan kutunggu."

"Mungkin aku akan lama loh?"

"Akan kutunggu. Sampai kapanpun."

"Aku mengerti," Dazai membalas senyum Chuuya dengan kecupan di pipi. "Aku akan menjemputmu."

Dazai pergi dan berusaha menikmati hidupnya sebagai anak yang punya orang tua. Namun Chuuya salah, punya orang tua bukan berarti ia bahagia. Dazai dipaksa belajar terus menerus dan tidak bisa bermain bebas seperti anak lainnya. Akademik, olahraga, soft skill, semuanya hingga dia menjadi anak yang sempurna. Dazai jauh lebih bahagia menjadi yatim piatu di panti asuhan kecil itu dengan Chuuya di sisinya.

Setahun setelah Dazai mendapatkan adopsi, Chuuya juga mendapat bagiannya. Mereka pasangan sederhana yang tinggal di area pertanian sekitar. Sang ayah petani dan mengantarkan hasil tanamannya ke minimarket-minimarket kota, sementara sang ibu membantu dengan pekerjaannya.

Chuuya hidup dengan baik. Keluarga kecil itu sangat hangat. Ibunya suka memasak dan Chuuya selalu makan makanan sehat langsung dari kebun. Ayah suka memancing, dan terkadang Chuuya diajak. Tetangga mereka, seorang mahasiswa yang mengambil program studi keguruan adalah pria ramah yang suka bermain dengan anak-anak. Kehidupan Chuuya bahagia.

Namun hari demi hari yang ia lewati, ia semakin merindukan Dazai Osamu.

Ketika usianya beranjak dewasa, Chuuya kembali ke panti asuhan itu dan bertanya tentang kabar Dazai. "Kau sudah besar ternyata.." ucap ayah asuhnya dulu.

Spring FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang