Happy reading:)Kepulan asap rokok memenuhi setiap sudut ruangan. Dentuman musik keras dari seorang DJ terdengar memekakkan telinga. Tampak orang-orang tengah asyik berjoget di arena dance floor, meliuk-liukkan tubuhnya sesuai dengan irama. Disinilah Andra berada, di sebuah club malam yang biasa ia datangi ketika sedang banyak pikiran. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk untuk menenangkan pikiran, right?
Andra berjalan ke arah meja bartender, hendak memesan minuman.
"Hey bro, udah lama gue nggak lihat lo kesini," sapa salah seorang bartender yang biasa melayani Andra.Andra hanya menampakkan sedikit senyumnya.
"Roy, gue pesen minum kaya biasa," Roy, cowok itu sudah sangat paham apa yang diminta oleh Andra.Andra duduk di salah satu kursi, tak jarang banyak wanita yang mencuri pandang kearah nya atau bahkan secara terang-terangan ingin mengajaknya berkenalan. Seperti saat ini, terlihat seorang cewek dengan tubuh semampai dan pakaian yang agak terbuka di bagian belakang, sedikit mengekspos punggungnya berjalan ke arahnya.
"Hai, kok sendirian aja si? Boleh gabung nggak?" Tanpa persetujuan dari Andra cewek itu duduk disampingnya. Sudah beberapa menit dan tak ada respon apapun dari Andra. Ia malah asyik dengan dunianya sendiri, yaitu memainkan game yang ada di ponselnya, tanpa mau menganggap kehadiran cewek itu. Memang, tingkat kecuekkan Andra kepada cewek sudah stadium 4.
Merasa tidak dipedulikan, akhirnya cewek itu beranjak dari tempatnya dan meninggalkan Andra dengan perasaan gondok dan sedikit malu. Cowok itu menolaknya secara terang-terangan, sial!!
Tak lama, Roy datang membawa pesanan Andra.
"Tadi gue lihat lo disamperin cewek, tapi kok lo nggak ngerespon si ndra? Padahal cantik loh, terus bodynya juga body goals banget tuh."
"Nggak tertarik gue."
"Lo nggak homo kan Andra? Bukan apa-apa, gue cuma nggak pernah lihat lo bawa cewek ke sini,"Andra tidak menjawab pertanyaan itu,ia hanya menunjukkan tatapan sinisnya ke arah Roy. Sejujurnya Andra cukup bosan berada di tempat ini, karena ia tak punya teman untuk diajak berbicara. Bisa saja ia mengajak Kevin, Satria, dan Rian. Tapi cowok itu tidak mau menjerumuskan teman-temannya ke dunia malamnya itu, cukup ia saja.
☃️☃️☃️
Pukul setengah 12 malam, Andra sampai di rumahnya. Rahangnya mengeras dan giginya bergemeletuk ketika ia melihat mobil berwarna putih terparkir di depan rumahnya. Ia tahu siapa pemilik mobil itu, mobil milik Arya, papanya. Ketika sampai di pintu, ia melihat papanya tengah duduk di ruang tamu dan menatapnya dengan tatapan menghunus. Seperti ingin menerkamnya hidup-hidup. Kentara sekali papanya sengaja menunggu ia pulang hingga sepatutnya ini.
"Masih ingat pulang kamu? Jam berapa sekarang? Mau jadi apa kamu hah? Anak sekolah bukannya belajar di rumah malah keluyuran nggak jelas!!!"
Belajar, belajar, belajar. Andra sudah sangat bosan mendengar kata yang keluar dari papanya itu. Apakah tidak ada kalimat lain yang bisa Arya ucapkan selain itu? Menanyakan kabar Andra pun, ia tak pernah. Sungguh, dari lubuk hatinya yang terdalam, Andra hanya ingin mendengar kalimat itu, sekali saja, tak lebih.
"Saya tidak butuh nasihat dari anda, dan berhenti bersikap seolah-oleh anda peduli"
"Jaga bicara kamu ya, kamu tidak ingat sedang berbicara dengan siapa? Hah? Ini papa kamu." Teriak Arya, sedari tadi ia sudah mencoba untuk menahan emosi, namun anaknya itu malah memancing amarahnya."Papa, anda bilang. Maaf, tapi setelah kejadian itu, saya tidak akan pernah menganggap anda sebagai papa saya lagi, bagi saya, papa itu udah mati. Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur urusan saya dan urus saja wanita murahan itu!!!"
Plakkkkkk
Satu tamparan mendarat di pipi kanan Andra. Cowok itu tak bereaksi apa-apa. Namun apa kilatan api dimatanya. Andra bergegas naik ke lantai ke2."Andra!! Papa belum selesai bicara." Wajah Arya memerah, teriakan itu menggema memenuhi setiap sudut rumah yang luas dan megah itu.
Brakkk! Andra menutup pintu kamarnya keras-keras. Rahangnya masih mengeras, pertanda ia masih emosi. Rasa perih dan panas masih menjalari pipinya. Rasa itu bahkan tidak ada apa-apanya, dibanding dengan perih yang ada dihatinya. Menguasainya, dan secara perlahan mengoyaknya tanpa ampun.
☃️☃️☃️
"Mas Andra, bangun mas. Sudah siang. Mas Andra sekolah kan hari ini?" Tampak wanita paruh baya tengah menggoyang-goyangkan tubuh Andra secara perlahan.
Andra menggeliat dan perlahan membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah Bi Yeni, pembantu rumah tangganya. Pemandangan yang tidak berubah sejak dua tahun yang lalu.
"Bibi udah buatkan sarapan buat mas Andra."Andra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, kemudian ia bersiap untuk mandi.
Bel masuk sudah berbunyi sekitar 30 menit yang lalu. Dan itu artinya Andra juga telat 30 menit. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan nya, sehingga ia tidak dihukum untuk membersihkan toilet. Tidak ada guru yang berjaga di gerbang, jadi ia bisa bebas. Dengan santainya, cowok jangkung itu membuka pintu kelasnya. Ia tahu, sudah ada guru yang tengah mengajar dilihat dari keadaan kelasnya yang hening. Dan benar saya, disana sudah ada Bu Ana, guru matematikanya yang dikenal galak itu.
Bukan suatu hal yang baru lagi bagi para penghuni kelas XI IPA 1 melihat Andra telat, dan dengan menyelonong begitu saja duduk di kursinya.
"Andra, siapa bilang kamu boleh duduk?cepat berdiri!" Tidak ada penolakan dari nada bicara guru itu. Teriakan lantang dari Bu Ana sukses membuat seluruh anak kicep. Tidak ada yang berani bersuara.
"Yah ibu, kan saya baru duduk, masa disuruh berdiri lagi sih?" Keluh Andra.
"Kamu saya hukum berdiri di lapangan dan hormat ke bendera sampai jam istirahat. Tidak ada penolakan dan jangan berani kabur." Perintah Bu Ana.
Senakal- nakalnya Andra, ia adalah cowok yang bertanggung jawab. Terbukti, ia dengan penuh patuh melaksanakan hukuman yang diberikan oleh Bu ana. Untungnya, matahari belum cukup terik pagi ini, sehingga ia bisa menjalani hukumannya tanpa harus merasakan panas yang membakar kulit putihnya.
Di koridor, tampak seorang gadis baru saja keluar dari ruang guru dengan tumpukan buku yang ada di tangannya. Gadis itu Keyra, tadi Bu Eni memerintahkannya untuk mengambil buku tugas temannya di meja guru.
Dengan langkah sedikit tergesa-gesa Keyra menuju ke kelasnya. Dari kejauhan, ia melihat seorang cowok tengah berdiri di tengah lapangan dan hormat ke bendera. Keyra menatapnya dengan tatapan jengah. Pasti dihukum lagi tuh cowok ckck ucap Keyra dalam hati. Tampak peluh mulai membasahi wajah dan leher cowok itu. Dengan rambut yang sedikit berantakan, cowok itu malah terlihat semakin seksi? Keyra pasti sudah gila karena sampai memikirkan hal itu. Cukup lama Keyra memperhatikan Andra dan tak lama ia memutuskan melanjutkan perjalanannya ke kelas.
Untuk kedua kalinya, aku kembali jatuh pada pesonamu. Entah hari ini, esok, lusa, atau bahkan untuk waktu yang tak menentu. Aku akan tetap tertawan tanpa bisa melawan.
----------------------------------------
TBCYeayyy, akhirnya bisa update lagi. Jangan lupa vote dan komennya ya, ku tungguuu. Karena dengan itu, artinya kalian menghargai hasil karya orang lain. So, jadilah pembaca yang baik ya :)
Regards,
Icaagust_
KAMU SEDANG MEMBACA
KeyrAndra
Teen FictionAndra yang dingin dan Keyra yang hangat. Andra yang cuek dan Keyra yang peduli. Kisah tentang dua orang dengan sifat yang saling bertolak belakang namun saling melengkapi satu sama lain. Apakah perjuangan Keyra untuk meluluhkan hati Andra yang beku...