Bab 16 : Thanks Ndra!

60 4 2
                                    

---------------

Ketika aku meminta pada Tuhan untuk menurunkan malaikat penolong, Tuhan mengirimmu padaku. Mungkin ini adalah cara Tuhan menyatukan kita, memulai kisah kita dengan skenario yang indah.

Keyra Adinda Septiani

---------------

Happy reading:)

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Keyra. Hari Kamis. Akhirnya setelah penantian panjang, ia mendapat kabar pria yang sangat ia cintai akan pulang. Bima. Papa Keyra, yang selama hampir tiga bulan di Medan akan pulang.

Seharian ini senyum di wajahnya tak pernah pudar.

"Ra, lo ngga lagi kesambet kan?" Keyra menyenggol lengan kanan Keyra.

"Emang di sekolah kita ada setannya ya Rev?" Reva mendelik ke arah Keyra, gemas.

"Jaman sekarang lo masih aja percaya sama yang begituan?"

"Ya percaya ngga percaya si," Jawab Keyra. "Lo pernah dengar ngga kalau di pohon beringin yang ada di belakang sekolah katanya ada penghuninya?" Bisik Keyra tepat di telinga Reva agar suaranya tidak terdengar oleh yang lain.

Di depan kelas, sedang berlangsung pelajaran sejarah, namun keduanya tidak memperhatikan sama sekali. Kalian tahu kenapa? Karena guru yang mengajar sudah seperti sedang mendongeng. Bukan hanya Reva dan Keyra saja yang tidak memperhatikan guru, bahkan hampir 90 persen penghuni kelas tidak ada yang memperhatikan. Apalagi ini adalah jam pelajaran terakhir. Jam-jamnya sudah lesu, ngantuk, dan pengin pulang.

Mereka ada yang memilih mendengarkan musik dengan earphone, mencorat-coret buku, bercerita dengan teman sebangku, atau seperti kebanyakan siswa yang memilih untuk memainkan game atau bahkan tidur. Mereka menggunakan buku yang ditegakkan di meja, sebagai penutup. Kalau dari depan, maka siapa saja akan mengira mereka sedang membaca buku.

Bukannya guru yang mengajar tidak tahu kalau siswa-siswanya tidak memperhatikan, namun beliau lebih memilih cuek dan seolah-olah tidak tahu. Tugasnya disini hanya mengajar, tidak mempedulikan muridnya memperhatikan atau tidak. Di usia senjanya, beliau masih saja mau mengajar, padahal sudah saatnya beliau untuk pensiun.

"Whattttt? Seriusan lo?!!" Keyra membekap mulut Reva, sebelum cewek itu membuat keributan dengan suaranya yang melebihi toa masjid itu.

"Beneran Ra?" Reva mengecilkan volume suaranya, sesekali melirik guru yang tengah menjelaskan di depan kelas.

"Gue pernah dengar gitu si, katanya ada mba kuntinya," jelas Keyra.

"Anjir, kok gue jadi merinding si," Reva mengusap-usap tangannya. Cewek itu memang penakut.

"Tapi gatau juga deh, bener apa nggak," Keyra kembali mencoba fokus pada buku paket sejarahnya. Menyimak materi yang tengah dijelaskan.

"Eh iya Rev, nanti katanya bokap gue mau pulang loh," Cerita Keyra tak lupa ia memperlihatkan senyumnya.

"Wihhh, akhirnya setelah sekian purnama bokap lo pulang juga ya Ra," Reva terkekeh di akhir kalimatnya.

"Gue udah ngga sabar banget pengin cepet-cepet ketemu," Keyra menunjukkan antusiasnya hingga membuat ekor rambutnya yang di kuncir bergerak-gerak.

"Ooh jadi ini sebabnya dari tadi lo senyum-senyum mulu, gue kira tadi lo kesambet,"

"Yeee, enak aja lo," Keyra memeletkan lidahnya ke arah Reva.

KeyrAndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang