Bab 19: Janji

46 2 0
                                    

---------------

Gue janji akan selalu ada buat lo.

---------------

Happy reading:)

Andra terus melangkahkan kakinya, entah kemana. Pandangannya lurus ke depan dengan tangan kanan yang ia masukkan ke celana abu-abunya. Langkah kakinya membawa Andra ke tangga di ujung koridor lantai 2. Andra menaiki anak tangga demi anak tangga, hingga sampai di rooftop.

Cowok berjambul itu terus melangkah menuju kursi tua yang ada di paling pojok. Disana ada beberapa kursi dan meja yang sudah tidak terpakai. Andra duduk di salah satu kursi kemudian bersandar.

Matanya terpejam rapat, menikmati sepoi angin yang menerpa setiap inci wajahnya yang bersih. Setelah cukup lama memejamkan mata, Andra mengeluarkan bungkus rokok dari saku celananya. Mengambil satu batang kemudian menyelipkannya di antara bibir. Menyalakan pemantik dan membakar ujung batangnya.

Andra kembali memejamkan matanya. Kepulan asap rokok yang keluar dari mulutnya tertiup oleh angin kemudian menghilang. Bohong, jika Andra bilang ia baik-baik saja dengan semua ini. Bohong, jika Andra bilang tak ada masalah apapun di dalam hidupnya. Itu semua adalah kebohongan telak.

Kenapa dari berjuta-juta manusia di dunia, harus dia yang mengalami semua ini? Kenyataan pahit yang harus ia terima bulat-bulat. Andra masih belum bisa menerima takdir yang telah Tuhan berikan padanya. Ia benci ketika melihat kenyataan bahwa ia bukanlah Andra yang dulu. Ia benci dengan kenyataan bahwa tak ada lagi yang peduli padanya. Ia benci kenyataan bahwa tak ada lagi keluarga yang selalu ada di sampingnya. Semuanya telah direnggut secara paksa.

Tawa dan canda yang dulu ada, kini digantikan dengan dingin dan rasa amarah yang ia pendam hingga muncul kebencian yang teramat dalam. Andra hanyalah manusia biasa. Ia hanyalah cowok yang baru menginjak usia 17 tahun dengan semua beban yang ia pikul sendirian. Namun, pantaskah ia menyalahkan takdir?

Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Andra. Di tempat inilah ia biasa menghabiskan waktu ketika ingin sendiri. Tempat ini menjadi saksi bisu ketika ia mulai lelah dengan kejamnya dunia.

Andra membuka matanya, ketika ia mendengar derap langkah kaki seseorang. Yang ia tahu, sangat jarang ada siswi Bina Nusantara yang mau ke rooftop. Bahkan bisa dibilang tidak ada. Cowok jangkung itu melirik ke arah tangga kemudian mendapati seorang cewek dengan buku yang tengah ia peluk. Cewek itu Keyra?

Pandangan mata mereka bertemu. Reaksinya sama; terkejut. Andra memutuskan untuk mengakhirinya terlebih dahulu. Tangannya meraih rokok yang ada di bibirnya, kemudian membuangnya asal. Ia kembali mengambil sebatang rokok, dan membakar ujung batangnya.

Andra mendengar derap langkah kaki itu semakin dekat ke arahnya. Ketika ia menolehkan kepalanya, ia melihat Keyra yang sudah duduk manis di kursi yang tak jauh darinya. Andra bisa melihat cewek itu begitu canggung di kursinya.

☃️☃️☃️

Keyra dan teman-temannya baru saja selesai makan di kantin. Mereka berempat tengah berjalan di koridor. Koridor menjadi sangat ramai, banyak siswa siswi lain yang berlalu lalang sambil bersenda gurau satu sama lain.

Suasana kelas sangat riuh ketika Keyra masuk. Cewek itu masuk ke kelasnya kemudian mengambil sebuah novel berjudul 'Malik dan Elsa' karya boy candra. Keyra berniat menyelesaikan membacanya, namun suasana di kelasnya sangat tidak mendukung. Terlalu bising.

Setelah berpikir cukup lama, Keyra memutuskan untuk pergi ke rooftop. Tempat itu jarang di jamah oleh siswa Bima Nusantara, jadi ia bisa dengan leluasa dan nyaman menyelesaikannya.

KeyrAndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang