Bab 18: Rasa bersalah

38 4 0
                                    

---------------

Ketika Tuhan menggariskan takdirmu, aku berharap ada sosokku di dalamnya, semoga.

Keyra Adinda Septiani

---------------

Happy reading:)

Waktu menunjukkan pukul 23.32 ketika Keyra kembali mengecek ponselnya. Entah sudah berapa kali ia mencoba terpejam, namun tetap tak bisa. Gadis itu menyingkap selimutnya, kemudian merubah posisinya menjadi duduk dengan bersandar pada ranjang.

Sepi dan senyap. Itulah suasana yang menggambarkan kamar Keyra. Seluruh anggota keluarganya sudah terlelap, hanya tinggal dirinya yang belum. Yang terdengar hanya detak jarum jam yang menemani malamnya.

Keyra menghembuskan nafas gusar, entah apa yang akan ia lakukan. Setelah beberapa menit tak ada yang ia lakukan, selain memandangi langit-langit kamarnya, Keyra beranjak ke meja belajarnya. Ia menarik kursi kecil kemudian duduk di atasnya. Tangannya terulur pada rak yang berisi deretan novel-novelnya. Dengan cekatan, ia mengambil sebuah buku catatan yang terselip diantara buku-buku yang lain.
Buku bersampul biru muda.

Gadis yang memakai kaos putih itu membuka lembar demi lembarnya, dan berhenti pada bagian lembar yang kosong. Mengambil pena, dan mulai menulis.

Aku akui, aku jatuh padamu
Aku akui, aku terlampau jatuh
Jatuh pada semua yang ada padamu
Walau dengan semua tingkahmu yang acuh

Aku tahu, bahkan teramat sangat
Ketika memutuskan menjatuhkan hati ini
Mungkin tidak akan mudah
Membuatmu jatuh padaku
Tapi siapa yang tahu?
Ketika Tuhan menggariskan takdirmu
Aku harap ada sosokku di dalamnya
Tapi ketika Tuhan menginginkan tak ada aku di dalamnya,
Mungkin aku memang diciptakan hanya untuk menjadi sebuah angan

Aku berharap suatu saat nanti
Tuhan mau menyatukan kita
Entah sekarang, esok, atau bahkan beribu tahun yang akan datang
Tapi yang harus kau tahu
Percayalah, di setiap doaku akan selalu ada namamu

KAS

Keyra tersenyum melihat tulisannya. Ia kembali mengingat semua kejadian yang ia alami bersama Andra. Andra. Lagi-lagi nama itu selalu memenuhi hampir seluruh sisi hatinya. Ketika ia dan Andra dihukum membersihkan toilet, di hukum hormat ke bendera, menikmati hujan di halte sekolah, dan ketika Andra menyelamatkan.

Semua kejadian itu terputar begitu saja di pikiran Keyra seperti sebuah film.

Mungkin memang tidak mudah meruntuhkan dingin sikapmu, namun aku yakin suatu saat hangatku bisa membuatmu luluh.

☃️☃️☃️

Andra mengucek matanya pelan, ia baru bangun sekitar beberapa detik yang lalu. Itupun karena ia sudah tak kuat mendengar ocehan Bisa Yeni yang terus membangunkannya. Ia melirik jam dinding, masih pukul 6.45 pagi.

Bisa dibilang masih terlalu pagi untuk Andra bangun. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Andra masuk ke kamar mandi. Setelah hampir 15 menit berlalu cowok itu sudah siap dengan seragam sekolahnya.

Andra menyisir rambutnya, tak lupa mengoleskan sedikit gel rambut agar jambulnya tetap tegak. Merasa sudah selesai, Andra menyambar tasnya dan turun ke lantai bawah.

"Mas Andra, sarapan dulu mas," Bisa Yeni tengah sibuk mengoleskan selai ketika mendengar derap langkah Andra.

Andra menghampiri meja makan, kemudian mengambil beberapa lembar roti yang sudah diolesi selai oleh Bi Yeni. Cowok jangkung itu beranjak duduk di ruang televisi. Memakan rotinya dalam diam.

KeyrAndraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang