1. Acacia Audrey

134 16 0
                                    

This is me

-Va

****

Acacia Audrey, bisa dipanggil Cia, Drey terserah kalian mau memanggilnya bagaimana yang penting itu masih termasuk dalam namanya. Tidak boleh memanggilnya Tukang Halu seperti yang lain

Ya, yang lain. Hampir setiap hari saat dia memasuki area kampus nya dia slalu di olok-olok oleh teman-temannya

Seperti

"Hey, bagaimana?? Apa sekarang kau memimpikan menikah dengan idolamu??"

"Hey tukang halu"

"Apa kau ditakdirkan hidup di dunia ini hanya untuk berhalusinasi??"

"Tidak ada hal lain lagi kah yang kau lakukan selain berhalusinasi??"

"Hidupmu sungguh abu-abu. Tak menarik dan tak jelas"

Ya, kata-kata itu sudah sering mengalun indah di telinganya

Acacia berpikir, apa mereka yang menyebut dirinya Tukang Halu tidak memiliki idola?? Maksudku, apa mereka tidak pernah memiliki mimpi untuk dekat bahkan berpacaran dan bahkan menikah dengan idola mereka??

Dan
Apakah berhalusinasi tinggi itu dilarang??
Tidak bukan??

Lalu salahnya apa??

Dia hanya gadis berumur 19 tahun yang masih mengalami masa pubertas. Dia masih ingin menikmati masa-masa remaja nya. Dia ingin menikmati itu semua sebelum dilarang oleh suaminya kelak

Seperti sekarang contohnya

Entah salah Acacia apa, tiba-tiba ada gadis berambut sebahu yang menggebrak mejanya. Ya, Acacia sedang berada di kelasnya karena sebentar lagi kata kuliah di mulai

"Apa?? Kenapa kau menatapku seperti itu?? Mau melawan?? Silahkan. Tapi.." Gadis itu menggantungkan ucapannya seraya menyeringai singkat

"Tapi kau harus berakhir mengenaskan di gudang belakang kampus seperti yang sudah-sudah" Ujarnya sambil terus menerus tersenyum meremehkan Acacia

Dia tahu, New York adalah kota yang keras. Terlebih lagi bullying mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari bagi orang-orang lemah seperti dirinya

Acacia hanya bisa menunduk, tak berani menatap wajah Vaseline. Apakah kalian teringat sesuatu saat mendengar kata Vaseline??

Vaseline lalu melihat kearah tas yang Acacia bawa lalu, dengan sigap dia mengambilnya secara paksa dan membawanya pergi menjauh dari hadapan Acacia

Teman-teman yang lain hanya menonton tanpa mau membantu Acacia. Mereka malas dan tak mau mengambil resiko jika sampai berurusan dengan Vaseline, selaku anak dari donatur Kampus ini

Acacia yang melihat bahwa tasnya itu diambil oleh Vaseline langsung berdiri dari duduknya. Dia harus berani bertindak kali ini, jika dia tidak mau barang kesayangannya itu di rusak oleh Vaseline

"Seline, ku mohon kembalikan tasku" pinta Acacia yang hampir menangis itu

Namun, Vaseline tak mendengarnya. Dia terus sibuk mengeluarkan isi tas itu. Teman-teman Acacia merasa sedikit kasihan dengan Acacia namun, sekali lagi mereka hanya mau menontonnya

The Biggest Secret'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang