2

2.5K 220 36
                                    










Beberapa hari pun berlalu. Kini aku tak melihat P'Saint lagi di kantin ataupun di tempat-tempat yang yang sering ia datangi. Jujur aku merindukannya, tapi apa boleh buat aku tidak mungkin mendatanginya untuk sekedar bilang rindu. aku cukup tau diri.

Seluruh fakultas telah menyelesaikan ujian mereka hari ini. Banyak mahasiswa yang tertawa, bercanda dengan wajah penuh kelegaan.

Aku berjalan pelan sambil menuntun sepedaku di sekitar lapangan, berharap melihat seseorang yang sudah kurindukan dari kapan lalu. Biasanya hari-hari seperti ini P'Saint sering menghabiskan jam istirahatnya dengan bermain basket. Tapi hari juga lapangan basket nampak sepi.

Aku memandang ring basket itu dalam diam. Teringat kembali kejadian 5 bulan lalu saat pertandingan persahabatan antara fakultas Kedokteran dan Fakultas Ekonomi.


Flashback on

"Yuhuuuuuuu semangattt..... tim basket fakultas Kedokteran!!!!!!!!!
"Fakultas Ekonomi pasti bisaaaa!!!!!!"
"Yuhuuuuuuu!!!!!"

Suara riuh sorak sorai penonton dari masing-masing fakultas menggema di lapangan ini. Mereka terlihat heboh dan semangat mendukung tim mereka masing-masing. Ada yang membawa banner, pom-pom bahkan terompet.

Aku yang baru datang langsung menuju tribun kanan, tribun pendukung fakultas Ekonomi. Tentu saja aku disini. Aku mendukung P'Saintku.

Panas matahari sangat menyengat di lapangan siang ini. Aku khawatir P'Saint akan kepanasan, yang aku tahu dia tidak kuat panas. Biasanya pertandingan semacam ini dilakukan di GOR dalam namun ntah mengapa dipindah ke lapangan luar. Tapi tenang, aku sudah siapkan dia handuk dan juga beberapa minuman dingin. Aku akan menyerahkan nanti ketika ia istirahat.

Hari ini aku tidak sendiri, aku ditemani teman satu kamarku di asrama,namun ia belum datang. Tadi pagi ia bilang sedikit terlambat karena harus menyortir bahan dapur di tempatnya bekerja.

"Hahh...hahha Ai'Perth hahh...aku datang"kata seseorang berperawakan mungil menghampiriku dengan nafas ngos-ngosanya.

Dia adalah teman yang kuceritakan barusan, namanya Plan. Ia dari jurusan Tata Boga kami sudah berteman sejak SMP. Bisa dibilang sahabat dekatku.

"Kau habis berlari yah?"tanyaku pada Plan yang masih terlihat menstabilkam nafas dan kemudian duduk di sampingku. Keringan sebiji jagung membasahi seluruh wajah hingga badan, kaos yang ia pakai pun terlihat basah setengahnya.

"Hmmm...hahh hoshh boleh aku minta airmu?"tanya padaku dengan mata tertuju pada air minum yang sudah kubawa untuk P'Saint.

"Mai! Ini untuk P'Saint. Beli sendiri!"ucapku padanya.
"Heyyy...kau pelit sekali! Aku hampir mati berlari kesini karenamu uhhh..."katanya dengan bibir dipoutkan lucu.
"Karenaku? Tidak salah? Karena ku atau karena kapten dari Tim Basket Fakultas Kedokteran?"godaku padanya, Plan yang mendengarnya sontak memerah dan terdiam.
"Bacot kau Ai'Perth!! Kalau tidak ingin memberi minum bilang saja, tidak usah menggodaku"katanya jengkel,
"Hahaha ngomong-ngomong tentang kapten basket itu, kapan kau akan menerimanya?"tanyaku kepo.

Aku menanyakan ini karena sejak awal kuliah, si kapten basket yang terkenal dengan wajah datarnya itu terus-terusan mengejar Plan.

The Answer In Our Hearts (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang