Ten Thousand Tears (Epilogue 1)

1.8K 195 82
                                    


Yuk langsung cuss baca aja hehe. Jangan lupa baca noted ku di akhir cerita. Tolong abaikan typo dan kalimat aneh lainnya^^


______________

The Answer In Our Hearts

_________________

Sakit....
Hanya itu yang bisa aku jabarkan untuk sekarang
Belahan jiwaku, cintaku dan nafasku pergi meninggalkan duka
Janji-janji yang kami untaikan bersama sirna begitu saja
Tawa bahagia menjelma menjadi tangis pesakitan
Cahaya kebahagian yang terpancar di mata kini berubah menjadi kabut lara
Sakit...
Satu kata berjuta makna,
satu jiwa telah dipisahkan begitu saja oleh sang kuasa
Berjuta air mata telah kami korbankan, namun tak cukup untuk membuat kita bersama
***

__________________________
🎶Now Playing- Ten Thousand Tears by Cocktail🎶
__________

Aku terbangun ketika suara kicauan burung saling bersautan di sekitar balkon kamarku. Sinar mentari pagi menyeruak masuk melewati celah jendela kaca membuat sebagian isi kamar ini menjadi lebih terang.

Aku menggeram sebentar menahan kantuk yang masih mendera. Ku usap kasar wajahku dan segera bangkit dari kasur menuju kamar mandi.

__

Ceklek!

Ku usap rambutku perlahan yang masih basah ini dengan handuk kecil. Mandi di pagi hari memang pilihan terbaik untuk meningkatkan mood.
Tiba-tiba ponselku bergetar menandakan adanya panggilan masuk.

P'Mean is calling ......📞

Aku mendengus jengkel sebelum mengangkat panggilan itu.
"Hmm ada apa?"
"...."
"Phi aku sudah bilang aku ingin berhenti saja."
"...."
"Tidak! Keputusan ku sudah bulat, aku ingin fokus  pada bisnisku"
"...."
"Maaf Phi. Aku benar-benar ingin berhenti.."
"...."
"Hmm baiklah aku akan ke perusahaan mu siang nanti"
"...."
"Oke phi sampai jumpa disana."

Aku memutuskan panggilan itu begitu saja tanpa mendengar salam dari Phi Mean. Ku lempar handuk kepala ku sembarang arah, mood ku hari ini sedikit tidak baik. Padahal tadi cukup baik setelah mandi, tapi kacau lagi.
Ya itu panggilan dari P'Mean. Ia memintaku untuk datang ke perusahaannya siang nanti.

Aku melirik pojok kamarku. Disana bersandar sebuah gitar listrik berwarna hitam mengkilat. Gitar yang ku beli dengan penghasilan pertamaku 2 tahun yang lalu.

 Gitar yang ku beli dengan penghasilan pertamaku 2 tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kutatap gitar hitam itu tanpa minat. Posisinya bahkan dekat cucian kotorku. Biarlah disana, aku bahkan tak berminat untuk memainkannya.

Aku mendekati balkon apartment ku. Semilir angin menyapa wajahku teduh, bau hujan semalam masih terasa pagi ini, kota Bangkok bisa ku lihat jelas dari atas sini. Hiruk pikuk jalanan dan ramainya orang-orang berlalu lalang menandakan kota Bangkok sudah aktif pagi ini.

The Answer In Our Hearts (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang