5

1.8K 193 52
                                    

Awas typo!



Perth merasa dunianya penuh warna hari itu juga. Senyumnya, tawanya bahkan suara menggerutunya menjadi melodi indah kala senja itu.

Perth hanya bisa memandangi dengan tatapan memuja.

Bisakah ia seperti ini lebih lama sedikit?

Perth POV

Aku seperti melihat sisi lain dari P'Saint. Biasanya P'Saint hanya akan menjawab seadanya dan tersenyum sangat minimalis, hari ini sangatt kebalikannya. Ia tertawa lepas dan menampilkan ekspresi-ekspresi yang pertama kali kulihat. Oke mungkin ini berlebihan, tapi ketika berbicara denganku ia hanya akan menjawab seperlunya dan tidak berlebihan. Ia bahkan sering menolak ajakan makan siangku.

Tapi hari ini P'Saint lah yang mengajaknya ke taman bermain. Seperti mendapat lotre di siang bolong.

"Perth! Hey nong!" Aku terdadar dari kegiatanku menatap P'Saint.

"Ohh..iya phi?"tanyaku gugup.
"Kau kenapa? Dari tadi hanya bengong memandangku?"ucapan Saint membuat wajahku terasa panas. Huft kau tertangkap basah Perth.

"Oh tidak..tidak apa phi hehe aku hanya sedikit lelah"kataku berusaha mencari alasan.
"Apakah kau lelah? Mau pulang sekarang?"ucap Saint dengan nada sedikit khawatir. Astaga kalau ini mimpi tolong sekali lagi jangan bangunkan aku!!

"Mai!! Ehem maksudku tidak kok phi, aku belum terlalu lelah."jawabku berusaha meyakinkan agar kita bisa menghabiskan waktu lebih lama.

"Ayo kita pulang nong. Hari sudah mulai gelap juga. Besok kita ada kelas juga. Ayo!"Ajak P'Saint dan kemudian berdiri dari bangku cafe mengambil tasnya pelan.

"Tapi phi....."ucapku sedikit memohon. Aku tidak mau pulang! Aku masih ingin bersamanya.
"Hey nong...kita bisa jalan-jalan lagi lain hari"katanya dengan senyum manis terpatri indah diwajahnya.

Aku mengulum bibirku bahagia mendengar hal itu, artinya masih ada kencan-kencan yang lain.

"Oke phi. Ayo kita pulang"akhirnya aku menyetujui ajakannya. Mungkin memang benar hari mulai gelap, belum lagi sepedaku masih di kampus. Aku takut kemalaman.

"Phi antar Perth langsung ke asrama yah."ucapan P'Saint langsung menghentikan langkahku.
"Tidak perlu phi! Aku bisa naik bus dari sini ke kampus."kataku menolak ajakan pulangnya. Aku tidak ingin merepotkannya, ini juga sudah malam aku khawatir ia menyetir kemalaman nantinya.

"Ck tidak apa! Aku tidak menerima penolakan"katanya sambil membuka pintu mobilnya. Aku pun pasrah dan ikut duduk disamping kemudi.

Hening.... tidak ada perbincangan seperti sore tadi.
Aku menolehkan kepala untuk melihat wajah P'Saint.

Tatapan matanya....
Mengapa sendu begitu? Apa dia sedang ada masalah?

"Phi Saint..."panggilku pelan, aku khawatir kalau ia ada masalah.

Dia kemudian memelankan laju mobilnya dan berhenti tepat di pinggir jembatan Rama.

P'Saint menghela nafasnya berat, ia kemudian menundukan kepalanya ke stir kemudi dan terisak pelan.

"Hiks...hiks.."isakannya sungguh menyakitkan.

Apa kau baik P'Saint?

Aku tidak tau harus berbuat apa. Lidahku kelu. Aku ingin sekali memeluknya dan menghapus air matanya.

Aku tidak suka melihatnya menangis.

Ia mulai mendongakan kepalanya dan menatap kosong ke depan.

"Maaf aku menangis seperti bayi.." air mata masih meleleh pelan dari kedua mata indahnya.

"Phi....menangislah! Aku disini..."ucapku sambil mencoba mengelus bahunya.

The Answer In Our Hearts (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang