Yoongi mematut diri di depan cermin besarnya. Pemuda itu berulang kali membuka dan menutup kancing lengan kemejanya.
"Lebih bagus dikancingkan atau tidak, ya? Seolhee bilang jika gadis suka melihat pria yang menggulung lengan kemejanya," gumam Yoongi.
Pemuda itu kembali melepas kaitan kancing di lengan kemejanya. Yoongi menatap dirinya di depan cermin, lagi. "Tapi bukannya ini terlihat tidak rapi, ya?"
Kemudian, Yoongi mengancingkan lengan kemejanya untuk yang ke sekian kalinya. "Oke, begini lebih baik," ujarnya sambil tersenyum kecil. Yoongi menata rambutnya sedemikian rupa supaya terlihat menarik. Seumur hidup, Yoongi tidak pernah memikirkan tentang penampilannya sampai seperti ini. Hanya saja malam ini adalah malam yang spesial, ia tidak bisa hanya berpenampilan biasa-biasa saja untuk malam luar biasa ini.
Yoongi menghela napasnya pelan. Ia mengambil sebuket bunga dan cokelat yang dia simpan di atas meja. Baiklah, Yoongi sudah siap untuk malam ini. Dia sudah terlihat tampan, rapi, dan harum. Sepertinya ini sudah cukup untuk bertemu dengan Aeri.
Pemuda itu pun keluar dari kamarnya.
Nyonya Min terlihat bingung setengah geli melihat dandanan Yoongi. Wanita yang tengah menyiapkan makan malam itu menaruh sup buatannya di atas meja lalu mendekati sang putra dengan kekehan yang terdengar cukup membuat Yoongi down. "Astaga, Min Yoongi, mau kemana kau sampai rapi sekali begini?" tanya sang ibu masih dengan tawanya.
Yoongi mengerang dengan bibir yang mencebik. "Jangan mengejekku, Ibu."
"Ibu tidak mengejek, hanya saja----kau terlihat benar-benar berbeda," kata ibunya. Nyonya Min menatap Yoongi dengan mata memicing curiga. "Jangan katakan kalau kau mau keluar bersama pacarmu. Iya kan, iya kan?" goda sang ibu.
"Ck, bukan pacar, Ibu. Hanya teman."
"Ah, kok Ibu tidak percaya, ya?" Wanita paruh baya kembali menggoda. "Tidak apa-apa kalau kau berpacaran dengan seseorang, Yoongi. Itu wajar untuk usiamu. Hanya Ibu pesan, jangan melewati batas."
Yoongi menghela napas dan mengangguk pelan. "Aku tahu."
"Jadi ... siapa gadis beruntung yang berhasil memenangkan hati pangeran kecil Ibu yang satu ini?" Ibunya kembali menggoda, membuat Yoongi mengerang kesal.
"Ayolah, katakan pada Ibu. Nanti Ibu doakan supaya kau langgeng dengannya."
Yoongi menatap ibunya. "B-benar, ya?" ujarnya dan Nyonya Min mengangguk. "Gadis itu ... A-Aeri," gumamnya pelan sekali.
"Siapa? Aeri? Yoo Aeri? Gadis yang pernah kau bawa kemari itu? Putri Tuan Yoo?" tanya ibunya memastikan.
Yoongi mengangguk pelan. "Tapi dia belum jadi pacarku. Maksudku---aku akan menembaknya malam ini. Ibu sudah berjanji! K-kau akan mendoakanku, kan?"
Di sini, Nyonya Min tertawa keras. "Astaga, tentu saja, Sayangku. Aigoo, Ibu pasti akan mendoakanmu. Aku yakin kau pasti akan diterima. Fighting, adeul!"
Ya, ini memang saat yang tepat. Yoongi harus menjadikan gadis itu sebagai miliknya.
***
Aeri sedikit merapikan ujung roknya yang sebenarnya sama sekali tidak berantakan. Ia hanya merasa harus berpenampilan sebaik mungkin, karena----demi Tuhan! Dia akan bertemu dengan Min Yoongi.
Astaga, astaga, astaga.
Rasanya Aeri ingin menangis saja karena merasa gugup luar biasa sampai perutnya melilit. Ini pertama kalinya ia keluar di malam hari bersama Yoongi. Meskipun memang, tujuan awal hanya mendengar pemutaran perdana lagu Yoongi. Tapi tetap saja hatinya belum siap untuk ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You
FanfictionSaat aku dan Yoongi Hyung membeli mainan baru, aku bertanya pada Ibu, "Siapa dulu yang harus mencoba memainkan mainan itu?" Kemudian Ibu akan menjawab, "Dahulukan kakakmu, Jungkook." Kemudian aku mengangguk dan menyerahkan mainan itu kepada Yoongi H...